周處除三害
西晉時期義興(今江蘇宜興縣)有個人叫周處,他長得個子高,力氣
比一般小夥子大。由於父親早死,他自小沒人管束,成天在外面遊蕩
,不肯讀書﹔而且脾氣強悍,動不動就拔拳打人,甚至動刀使槍,義
興地方的百姓都害怕他。
義興鄰近的南山有一隻白額猛虎,經常出來傷害百姓和家畜,當地的
獵戶也制服不了它。
當地的長橋下,有一條大蛟(一種鱷魚),出沒無常。義興人把周處
和南山白額虎、長橋大蛟聯繫起來,稱為義興“三害”。這“三害”
之中,最使百姓感到頭痛的還是周處。
有一次,周處在外面走,看見人們都悶悶不樂。他找了一個老年人問
:“今年農作物收成挺不錯,為什麽大夥那樣愁眉苦臉呢?”
老人沒好氣地回答:“三害還沒有除掉,怎樣高興得起來!”
周處第一次聽到“三害”這個名稱,就問:“你指的是什麽三害。”
老人說:
它們除掉。”
過了一天,周處果然帶著弓箭,背著利劍,進山找虎去了。到了密林
深處,只聽見一陣虎嘯,從遠處竄出了一隻白額猛虎。周處閃在一邊
,躲在大樹背面,拈弓搭箭,“嗖”的一下,射中猛虎前額,結果了
它的性命。
周處下山告訴村裏的人,有幾個獵戶上山把死虎扛下山來。大家都挺
高興地向周處祝賀,周處說:“別忙,還有長橋的蛟呢。”
又過了一天,周處換了緊身衣,帶了弓箭刀劍跳進水裏去找蛟去了。
那條蛟隱藏在水深處,發現有人下水,想跳上來咬。周處早就准備好
了,在蛟身上猛刺一刀。那蛟受了重傷,就往江的下游逃竄。
周處一見蛟沒有死,緊緊在後面釘住,蛟往上浮,他就往水面遊﹔蛟
往下沈,他就往水底鑽。這樣一會兒沈,一會兒浮,一直追蹤到幾十
裏以外。
三天三夜過去了,周處還沒有回來。大家議論紛紛,認為這下子周處
和蛟一定兩敗俱傷,都死在河底裏了。本來,大家以為周處能殺死猛
虎、大蛟,已經不錯了﹔這回“三害”都死,大家喜出望外。街頭巷
尾,一提起這件事,都是喜氣洋洋,互相慶賀。
沒想到到了第四天,周處竟安然無恙地回家來了。人們大為驚奇。原
來大蛟受傷以後,被周處一路追擊,最後流血過多,動彈不得,終於
被周處殺死。
周處回到家裏,知道他離家三天後,人們以為他死去,都十分高興。
這件事使他認識到:自己平時的行為被人們痛恨到什麽程度了。他痛
下決心,離開家鄉到吳郡找老師學習。那時候吳郡有兩個很有名望的
人,一個叫陸機,一個叫陸雲。周處去找他們,陸機出門去了,只有
陸雲在家。
周處見到陸雲,把自己決心改過的想法誠懇地向陸雲談了。他說:“
我後悔自己覺悟得太晚,把寶貴的時間白白浪費掉。現在想幹一番事
業,只怕太晚了。”
陸雲勉勵他說:“別灰心,您有這樣決心,前途還大有希望呢。一個
人只怕沒有堅定的志氣,不怕沒有出息。”
打那以後,周處一面跟陸機、陸雲學習,刻苦讀書﹔一面注意自己的
品德修養。他的勤奮好學的精神受到大家的稱贊。之後他成為一位正
直、肯幹實事的好官員。
Pada zaman dinasti Ik Chin pada propinsi Ciang Su, kecamatan Yi Sing ada seorang yang bernama Cho Chu, dia sangat tinggi sekali. Tenaganya sangat kuat sekali. Lantaran ayahnya mati muda, dia semenjak kecil tak ada yang mendidiknya, setiap hari hanya berkeluyuran di luar rumah saja, tidak sudi sekolah, malahan sangat emosional sekali, suka sekali memukuli orang lain, malahan sampai – sampai menggunakan pedang maupun golok. Rakyat di sekitar Yi Sing sangat takut padanya.
Gunung selatan yang berada di sekitar Yi Sing ada terdapat seekor harimau yang sangat buas, sering keluar melukai penduduk dan ternak mereka, pemburu di sana juga tak berkutik terhadapnya.
Di bawah jembatan disekitar sana ada terdapat seekor binatang (sejenis buaya) keluar masuk tak menentu. Orang – orang di Si Ying menggabungkan Cho Chu, harimau kepala putih serta buaya menyebutnya menjadi 3 bencana Yi Sing. Di antara tiga bencana ini yang paling membuat pusing kepala penduduk adalah Cho Chu.
Pada suatu kali, Cho Chu berjalan – jalan di luar rumah, melihat setiap orang selalu bermuram durja, dia bertanya pada seorang kakek : “Tahun ini hasil panen begitu lumayan, kenapa semua orang masih saja bermuram durja ?”
Kakek ini menjawab dengan suara Lirih : “Tiga bencana masih belum diberantas, bagaimana bisa senang !”. Cho Chu baru pertama kali mendengarkan akan istilah “Tiga Bencana”, lalu bertanya “Siapa yang kamu maksudkan dengan Tiga Bencana ?”
Kakek menjawab : “Harimau berkepala putih yang hidup di Nan San (Gunung Selatan), Buaya di jembatan panjang, ditambah dengan kamu, bukankah merupakan Tiga Bencana ?”
Cho Chu tersentak kaget, dia berpikir rupanya penduduk sekitar sana menganggap dia seperti harimau dan buaya yang berbahaya. Dia terdiam sejenak dan berkata “Begini saja, kalaulah semua orang menganggap Tiga Bencana begitu bahaya dan menyusahkan mereka, saya akan memberantaskannya.
Setelah lewat satu hari, Cho Chu benar telah membawa panah dan busur, serta pedang tajam, masuk ke gunung mencari harimau, setelah sampai ke hutan rimba, hanya mendengar auman harimau, dari jauh keluar seekor harimau buas yang berkepala putih. Cho Chu berkelik ke samping, bersembunyi di belakang pohon, mengarahkan panah menembak ke arah kening harimau, akhirnya harimau tersebut terbunuh olehnya.
Cho Chu turun gunung memberitahukan pada orang kampung, ada beberapa pemburu mengangkat mayat harimau turun dari gunung. Semua orang begitu gembira dan mengucapkan selamat kepada Cho Chu, Cho chu berkata “Jangan sibuk dulu, masih ada buaya yang ada di jembatan panjang”
Setelah lewat satu hari, Cho Chu mengenakan sebuah baju yang ketat, membawa panah, busur dan pedang, kemudian masuk ke dalam air mencari buaya. Buaya tersebut bersembunyi di dalam air yang dalam, melihat ada orang turun ke dalam air, berpikir hendak mengigitnya. Cho Chu sudah bersiap sedia, menusuk pisau ke badan buaya tersebut, buaya tersebut terluka berat, lalu bersembunyi ke dasar sungai.
Cho Chu melihat buaya belum mati, bergegas mengejar dari belakang, buaya tersebut berenang ke atas, dia ikut mengejarnya ke atas, buaya tersebut turun ke dasar sungai, dia juga ikut ke bawah. Sebentar ke dasar, sebentar terapung, sampai mengejar sejauh 10 km lebih.
Setelah lewat selama 3 hari 3 malam, Cho Chu masih juga belum pulang, semua orang berdiskusi, beranggapan kali ini Cho chu pasti mati bersama dengan buaya tersebut. Pada mulanya semua orang beranggapan asalkan Cho Chu bisa membunuh harimau dan buaya saja sudah lumayan, kali ini tiga bencana telah mati semuanya, semua orang dengan gembira keluar dari rumah. Sepanjang jalan semua orang membahas masalah tersebut, semuanya menunjukkan perasaan yang sangat senang sekali, saling memberikan ucapan selamat.
Tak disangka pada hari ke empat, Cho Chu dengan selamat pulang ke rumahnya, semua orang begitu kaget sekali. Rupanya setelah buaya tersebut terluka, dan dikejar terus oleh Cho Chu sampai akhirnya mengalirkan begitu banyak darah jadi tak bisa bergerak dan dibunuh oleh Cho Chu.
Cho Chu pulang kembali ke rumahnya, tahu setelah dia meninggalkan rumah selama 3 hari, semua orang beranggapan dia telah mati, dan sangat bergembira sekali. Kejadian itu membuat dia merasakan : “Kelakukan diri sendiri telah begitu di benci oleh semua orang. Dia bertekad untuk berkelana ke kota untuk belajar dengan Guru, pada saat itu di kota ada terdapat dua orang Guru yang sangat terkenal sekali, satu disebut dengan Lu Chi, satu lagi adalah Lu Yin. Cho Chu pergi mencari mereka, Lu Chi tak ada di rumahnya, hanya ada Lu Yin yang berada di rumahnya.
Cho Chu bertemu dengan Lu Yin, mengutarakan kebulatan tekadnya untuk berubah kepada Lu Yin, dia berkata “Saya menyesal terlalu lambat bertobat, yang telah menyia – nyiakan waktu yang begitu berharga sekali, sekarang hendak melakukan sebuah pekerjaan besar, ditakutkan akan sangat terlambat sekali.”
Lu Yin memberikan semangat kepadanya “Jangan putus asa, kamu mempunyai tekad, masa depan masih besar harapannya. Seseorang hanyalah ditakutkan tanpa adanya tekad yang kokoh dan gigih, tidak tahu tanpa berguna sama sekali”.
Semenjak dari itu, Cho Chu disamping mengikuti Lu Yin dan Lu Chi dalam belajar, berjerih payah belajar, disamping itu selalu memperhatikan kepribadian dan pembinaan dari diri sendiri. Semangat dan kerajinan dia yang selalu gigih belajar membuat semua orang memujinya, kemudian dia menjadi seorang yang berkepribadian yang lurus, menjadi seorang pejabat yang mahir dan trampil.
西晉時期義興(今江蘇宜興縣)有個人叫周處,他長得個子高,力氣
比一般小夥子大。由於父親早死,他自小沒人管束,成天在外面遊蕩
,不肯讀書﹔而且脾氣強悍,動不動就拔拳打人,甚至動刀使槍,義
興地方的百姓都害怕他。
義興鄰近的南山有一隻白額猛虎,經常出來傷害百姓和家畜,當地的
獵戶也制服不了它。
當地的長橋下,有一條大蛟(一種鱷魚),出沒無常。義興人把周處
和南山白額虎、長橋大蛟聯繫起來,稱為義興“三害”。這“三害”
之中,最使百姓感到頭痛的還是周處。
有一次,周處在外面走,看見人們都悶悶不樂。他找了一個老年人問
:“今年農作物收成挺不錯,為什麽大夥那樣愁眉苦臉呢?”
老人沒好氣地回答:“三害還沒有除掉,怎樣高興得起來!”
周處第一次聽到“三害”這個名稱,就問:“你指的是什麽三害。”
老人說:
“南山的白額虎,長橋的蛟,加上你,不就是三害嗎?”
周處吃了一驚。他想,原來鄉間百姓都把他當作虎、蛟一般的大害了
。他沈吟了一會,說:“這樣吧,既然大家都為‘三害’苦惱,我把周處吃了一驚。他想,原來鄉間百姓都把他當作虎、蛟一般的大害了
它們除掉。”
過了一天,周處果然帶著弓箭,背著利劍,進山找虎去了。到了密林
深處,只聽見一陣虎嘯,從遠處竄出了一隻白額猛虎。周處閃在一邊
,躲在大樹背面,拈弓搭箭,“嗖”的一下,射中猛虎前額,結果了
它的性命。
周處下山告訴村裏的人,有幾個獵戶上山把死虎扛下山來。大家都挺
高興地向周處祝賀,周處說:“別忙,還有長橋的蛟呢。”
又過了一天,周處換了緊身衣,帶了弓箭刀劍跳進水裏去找蛟去了。
那條蛟隱藏在水深處,發現有人下水,想跳上來咬。周處早就准備好
了,在蛟身上猛刺一刀。那蛟受了重傷,就往江的下游逃竄。
周處一見蛟沒有死,緊緊在後面釘住,蛟往上浮,他就往水面遊﹔蛟
往下沈,他就往水底鑽。這樣一會兒沈,一會兒浮,一直追蹤到幾十
裏以外。
三天三夜過去了,周處還沒有回來。大家議論紛紛,認為這下子周處
和蛟一定兩敗俱傷,都死在河底裏了。本來,大家以為周處能殺死猛
虎、大蛟,已經不錯了﹔這回“三害”都死,大家喜出望外。街頭巷
尾,一提起這件事,都是喜氣洋洋,互相慶賀。
沒想到到了第四天,周處竟安然無恙地回家來了。人們大為驚奇。原
來大蛟受傷以後,被周處一路追擊,最後流血過多,動彈不得,終於
被周處殺死。
周處回到家裏,知道他離家三天後,人們以為他死去,都十分高興。
這件事使他認識到:自己平時的行為被人們痛恨到什麽程度了。他痛
下決心,離開家鄉到吳郡找老師學習。那時候吳郡有兩個很有名望的
人,一個叫陸機,一個叫陸雲。周處去找他們,陸機出門去了,只有
陸雲在家。
周處見到陸雲,把自己決心改過的想法誠懇地向陸雲談了。他說:“
我後悔自己覺悟得太晚,把寶貴的時間白白浪費掉。現在想幹一番事
業,只怕太晚了。”
陸雲勉勵他說:“別灰心,您有這樣決心,前途還大有希望呢。一個
人只怕沒有堅定的志氣,不怕沒有出息。”
打那以後,周處一面跟陸機、陸雲學習,刻苦讀書﹔一面注意自己的
品德修養。他的勤奮好學的精神受到大家的稱贊。之後他成為一位正
直、肯幹實事的好官員。
Pada zaman dinasti Ik Chin pada propinsi Ciang Su, kecamatan Yi Sing ada seorang yang bernama Cho Chu, dia sangat tinggi sekali. Tenaganya sangat kuat sekali. Lantaran ayahnya mati muda, dia semenjak kecil tak ada yang mendidiknya, setiap hari hanya berkeluyuran di luar rumah saja, tidak sudi sekolah, malahan sangat emosional sekali, suka sekali memukuli orang lain, malahan sampai – sampai menggunakan pedang maupun golok. Rakyat di sekitar Yi Sing sangat takut padanya.
Gunung selatan yang berada di sekitar Yi Sing ada terdapat seekor harimau yang sangat buas, sering keluar melukai penduduk dan ternak mereka, pemburu di sana juga tak berkutik terhadapnya.
Di bawah jembatan disekitar sana ada terdapat seekor binatang (sejenis buaya) keluar masuk tak menentu. Orang – orang di Si Ying menggabungkan Cho Chu, harimau kepala putih serta buaya menyebutnya menjadi 3 bencana Yi Sing. Di antara tiga bencana ini yang paling membuat pusing kepala penduduk adalah Cho Chu.
Pada suatu kali, Cho Chu berjalan – jalan di luar rumah, melihat setiap orang selalu bermuram durja, dia bertanya pada seorang kakek : “Tahun ini hasil panen begitu lumayan, kenapa semua orang masih saja bermuram durja ?”
Kakek ini menjawab dengan suara Lirih : “Tiga bencana masih belum diberantas, bagaimana bisa senang !”. Cho Chu baru pertama kali mendengarkan akan istilah “Tiga Bencana”, lalu bertanya “Siapa yang kamu maksudkan dengan Tiga Bencana ?”
Kakek menjawab : “Harimau berkepala putih yang hidup di Nan San (Gunung Selatan), Buaya di jembatan panjang, ditambah dengan kamu, bukankah merupakan Tiga Bencana ?”
Cho Chu tersentak kaget, dia berpikir rupanya penduduk sekitar sana menganggap dia seperti harimau dan buaya yang berbahaya. Dia terdiam sejenak dan berkata “Begini saja, kalaulah semua orang menganggap Tiga Bencana begitu bahaya dan menyusahkan mereka, saya akan memberantaskannya.
Setelah lewat satu hari, Cho Chu benar telah membawa panah dan busur, serta pedang tajam, masuk ke gunung mencari harimau, setelah sampai ke hutan rimba, hanya mendengar auman harimau, dari jauh keluar seekor harimau buas yang berkepala putih. Cho Chu berkelik ke samping, bersembunyi di belakang pohon, mengarahkan panah menembak ke arah kening harimau, akhirnya harimau tersebut terbunuh olehnya.
Cho Chu turun gunung memberitahukan pada orang kampung, ada beberapa pemburu mengangkat mayat harimau turun dari gunung. Semua orang begitu gembira dan mengucapkan selamat kepada Cho Chu, Cho chu berkata “Jangan sibuk dulu, masih ada buaya yang ada di jembatan panjang”
Setelah lewat satu hari, Cho Chu mengenakan sebuah baju yang ketat, membawa panah, busur dan pedang, kemudian masuk ke dalam air mencari buaya. Buaya tersebut bersembunyi di dalam air yang dalam, melihat ada orang turun ke dalam air, berpikir hendak mengigitnya. Cho Chu sudah bersiap sedia, menusuk pisau ke badan buaya tersebut, buaya tersebut terluka berat, lalu bersembunyi ke dasar sungai.
Cho Chu melihat buaya belum mati, bergegas mengejar dari belakang, buaya tersebut berenang ke atas, dia ikut mengejarnya ke atas, buaya tersebut turun ke dasar sungai, dia juga ikut ke bawah. Sebentar ke dasar, sebentar terapung, sampai mengejar sejauh 10 km lebih.
Setelah lewat selama 3 hari 3 malam, Cho Chu masih juga belum pulang, semua orang berdiskusi, beranggapan kali ini Cho chu pasti mati bersama dengan buaya tersebut. Pada mulanya semua orang beranggapan asalkan Cho Chu bisa membunuh harimau dan buaya saja sudah lumayan, kali ini tiga bencana telah mati semuanya, semua orang dengan gembira keluar dari rumah. Sepanjang jalan semua orang membahas masalah tersebut, semuanya menunjukkan perasaan yang sangat senang sekali, saling memberikan ucapan selamat.
Tak disangka pada hari ke empat, Cho Chu dengan selamat pulang ke rumahnya, semua orang begitu kaget sekali. Rupanya setelah buaya tersebut terluka, dan dikejar terus oleh Cho Chu sampai akhirnya mengalirkan begitu banyak darah jadi tak bisa bergerak dan dibunuh oleh Cho Chu.
Cho Chu pulang kembali ke rumahnya, tahu setelah dia meninggalkan rumah selama 3 hari, semua orang beranggapan dia telah mati, dan sangat bergembira sekali. Kejadian itu membuat dia merasakan : “Kelakukan diri sendiri telah begitu di benci oleh semua orang. Dia bertekad untuk berkelana ke kota untuk belajar dengan Guru, pada saat itu di kota ada terdapat dua orang Guru yang sangat terkenal sekali, satu disebut dengan Lu Chi, satu lagi adalah Lu Yin. Cho Chu pergi mencari mereka, Lu Chi tak ada di rumahnya, hanya ada Lu Yin yang berada di rumahnya.
Cho Chu bertemu dengan Lu Yin, mengutarakan kebulatan tekadnya untuk berubah kepada Lu Yin, dia berkata “Saya menyesal terlalu lambat bertobat, yang telah menyia – nyiakan waktu yang begitu berharga sekali, sekarang hendak melakukan sebuah pekerjaan besar, ditakutkan akan sangat terlambat sekali.”
Lu Yin memberikan semangat kepadanya “Jangan putus asa, kamu mempunyai tekad, masa depan masih besar harapannya. Seseorang hanyalah ditakutkan tanpa adanya tekad yang kokoh dan gigih, tidak tahu tanpa berguna sama sekali”.
Semenjak dari itu, Cho Chu disamping mengikuti Lu Yin dan Lu Chi dalam belajar, berjerih payah belajar, disamping itu selalu memperhatikan kepribadian dan pembinaan dari diri sendiri. Semangat dan kerajinan dia yang selalu gigih belajar membuat semua orang memujinya, kemudian dia menjadi seorang yang berkepribadian yang lurus, menjadi seorang pejabat yang mahir dan trampil.