Rabu, 20 Juni 2012

Di masa Kongzi ada yang namanya marga dan klan

Di masa Kongzi ada yang namanya marga dan klan. Marga sama klan bisa beda. Misalnya marga Ji, sebagai marga purba punya banyak klan. Dan selama masih sama, terutama klan, artinya masih bersaudara.

Dalam dinamika waktu, sistem klan tidak ada lagi, dan klan berkembang jadi marga baru. Walau bagi yang tahu, beberapa marga masih satu leluhur berasal dari marga yang sama.

Kemudian sistem marga berubah, ada sistem adopsi marga oleh suku non Huaxia yang kemudian bergabung menjadi Huaxia. Juga ada anugerah marga baru oleh penguasa, misalnya marga saya diberikan oleh adipati Mu kerajaan Qin kepada leluhur pertama marga saya yang berasal dari negeri Jin sebelum pecah jadi Zhao Wei Han.

Lalu ada yang namanya migrasi penduduk. Sekali lagi contoh marga saya. Walau asalnya dari Shanxi jaman Qin, kuil leluhur saya ada di desa Guanping kabupaten Meixian. Dan generasi saya adalah yang ke 19. Karena leluhur saya mengungsi dari utara ke selatan dan kemudian menetap di Meixian kurang lebih 20-30 generasi yang lalu atau 400-500 tahun yang lalu.

Semua hal ini, ditambah dinamika waktu selama perantauan ke nanyang, membuat aturan larangan menikah satu marga menurut saya sudah kurang relevan.

Jaman sekarang satu marga belum tentu satu keluarga, belum tentu satu kuil leluhur, jaraknya mungkin sudah sangat jauh. Juga pernikahan antar sepupu dan antar keluarga awam terjadi.


 Kongzi, Kong itu awalnya klan.,dan  leluhur kongzi itu marganya "cu"  
Cu adalah lafal minnan/hokkian lafal putonghuanya adalah Zi (子), Kongzi adalah salah satu keturunan dari dinasti Shang

di jaman itu praktek umum adalah mewariskan marga/Xing kepada pewaris tahta, keturunan yang bukan pewaris tahta diberi nama klan/shi

Kong adalah nama klan
jadi Kongzi berasal dari keturunan dinasti Shang yang tidak mewarisi tahta, yang kemudian diberikan nama klan/shi 氏 Kong , Qiu adalah nama kecil. Nama dewasa adalah Zhongni. Klannya Kong dari marga Zi.., Zi dalam Kongzi bukan marga, tapi imbuhan untuk para leluhur yang dianggap guru agung.  Zi sebagai marga dan Kong sebagai klan.





 Fuzi bukan sekedar guru, tapi guru yang sudah dianggap bagaikan orang tua sendiri. Tradisi ini ada dalam Ru. Misalnya Zhu Xi menyebut Chengzi dengan Fuzi. Begitu juga Kongzi disapa Fuzi oleh murid2nya. tradisi aliran lain pakai terminologi 师父 shifu.

KESETARAAN dan BERBAKTI

Mengzi.. " 不孝有三, 無後為大 " 不孝有三, 無後為大 ". Selain melihat bahwa tidak memiliki anak sebagai penerus adalah tidak berbakti karena tidak bisa meneruskan cita-cita dan karya orangtua
banyak anggapan dan persepsi di masyrakat bahwa  Jika tidak punya anak, dianggap tidak berbakti"
無 後 wu hou artinya tidak ada pelanjut keturunan, huruf 後 hou = keturunan, bersifat netral tidak menetapkan laki-laki atau perempuan. Dalam ayat ini tidak mengandung Gender sama sekali. Tentang marga (xing) jika melihat huruf aslinya seharusnya marga ibu yang di bawa. Ketentuan marga laki-laki yg telah membudaya, itu hasil karya manusia untuk menata tatanan kehidupan manusia. Jadi sama sekali tidak benar jika hanya punya anak perempuan , lalu dianggap tidak berbakti.
 
 Dalam kosmologi Yin Yang dari Tiongkok (bangsa Timur), sudah jelas adanya kesetaraan gender yakni yin (wanita) dan yang (pria). Mereka memiliki peran masing2 dan bukan saling kontradik (berlawanan) melainkan komplementer (saling melengkapi). Tidak perlu dipertajam konsep/gerakan emansipasi/feminisme yang dipromosikan dan diperjuangkan bangsa Barat. Manakala wanita (yin) menuntut perubahan hak dan mau mengambil porsi/peran pria (yang), dunia akan dalam ketidakseimbangan. Keluarga menjadi tidak harmonis dan malah bisa berakibat bubarnya sebuah keluarga. Contoh, maaf, saya juga mengamati bagaimana banyak wanita bekerja di luar (harusnya lebih konsentrasi ke dalam rumah) dan berusaha menjadi penghasil keuangan keluarga di pabrik2 rokok, sementara sang suami diam di rumah dan mengurusi rumah (memasak, mengantar istri ke tempat kerja, mengasuh anak) di mana seharusnya mereka bekerja di luar, maka akan timbul kesalahan peran dan dunia seakan terbalik. Ujung-ujungnya, banyak masalah akan timbul seperti sang suami merasa rendah diri yang juga bisa mengakibatkan sang suami mencari pelarian, berselingskuh karena waktunya berlebihan, tenaganya belum teroptimmalkan, dll. Maka kesetaraan gender itu harus dipahami sebagai pembagian peran, bukan mengambil peran yang seharusnya bukan perannya.ajaran Shengren Kongzi yang memberikan pemahaman tentang kosmologi dalam kaitannya dengan hubungan-hubungan alamiah pada setiap bagian kosmis secara Universal baik hubungan manusia ,alam serta lingkungan . Aturan-aturan atau hukum-hukum kosmis merupakan harmoni antara setiap bagian kosmis dengan keseluruhan. Untuk menggerakkan kosmis secara harmonis diperlukan chi (energi) yin-yang, yang dipahami sebagai energi negatif-positif. Yin-yang membawa sifat sifat yang dipersonifikasikan pada sifat manusia.
 Dalam cerita  Shengren Kongzi, knapa meski telah memiliki 9 anak perempuan dan seorg anak laki yg cacat, tetap dianggap tdk dapat menjadi / tdk ada penerus kurun marga ?
Bagaimana bila kebetulan suami istri meski telah berusaha, tetap tdk memiliki anak, apakah ini bisa dianggap tidak berbakti ?
 Budaya/adat istiadat serta norma  suatu hal yang alamiah  ketika berlaku sytem yang berlaku pada zaman dahulu ketika  ayah Kongzi (Siok Liang Hud)  jika seseorang tidak mengikuti budaya/adat istiadat dimana ia hidup, tentu hidupnya tidak akan merasa nyaman. Demikian pula masalah kekuasaan/raja selalu berusaha diturunkan kpd anak laki-lakinya, ini juga adalah suatu aturan yang berlaku dalam adat istiada yang berlaku , maka perlu dibuat juga suatu aturan bahwa seorang anak laki-laki secara otomatis akan membawa nama marga ayahnya. Jadi Nama marga sama sekali BUKAN hal yg berhubungan dgn BAKTI.
 kalimat diatas ini bisa diartikan bahwa adopsi anak juga bisa dianggap sbg pelanjut keturunan (bila telah berusaha tetap tdk dikaruniai anak) ?
  Bakti tidak semata-mata karena asal usul / marga yang sama. Saya menjadi saksi sebuah bentuk bakti dari seorang perempuan yang "dibuang" ibu kandungnya dan diasuh ibu angkat. Beliau sangat berbakti pada ibu angkatnya dan malah terhadap ibu kandungnya sendiri, dia tidak ada perasaan apa-apa. Contoh lain Bakti yang tidak berhubungan dengan asal usul/darah/marga ialah bakti pada negara. Banyak sekali orang Tionghoa tidak memiliki perasaan apapun pada negeri leluhurnya RRT, malah berbakti pada negeri kelahirannya, Indonesia. bahwa 後/ 后 hou artinya "offspring" atau orang-orang generasi belakangan seperti anak/cucu. Tidak peduli anak laki atau perempuan, yang penting punya anak yang bisa meneruskan cita-cita dan karya orangtua. Dan memang 姓 xing marga, hurufnya di depannya menunjukkan 女perempuan. Awal kebudayaannya berdasarkan matrilinial (berdasarkan garis/marga ibu), lalu berkembang menjadi patrilinial (berdasarkan garis/marga) ayah. Pertanyaan lanjutnya, kenapa ada pribahasa 重男轻女(zhong nan qing nv) yaitu lebih memberatkan anak lelaki daripada wanita, itu semata-mata kondisi saat itu dimana Tiongkok adalah negara agraris dan tenaga yang dimiliki pria lebih besar daripada wanita sehingga memiliki anak laki-laki dirasa lebih bermanfaat daripada wanita karena anak lelaki bisa membantu membajak sawah, bertani, dan sebagainya. Dengan perubahan semuanya (industri, tehnologi, dll) maka kehadiran lelaki menjadi sama seperti wanita seperti yang tergambar dalam simbol kosmologi yin-yang. Yang penting, meski demikian, wanita haruslah tetap pada kodratnya yin (lembut, di dalam, pasif, dll) dan pria kodratnya yang (perkasa, di luar, aktif, dll). Jangan dibolak-balik sehingga wanita menjadi kepala rumah tangga yang mencari nafkah di luar demi menghidupi suami yang mengasuh anak.
 tentang 'Pelanjut Keturunan' dan hubungannya dengan 'Bakti'. Orang yg tidak berbakti adalah orang yg tidak mempunyai pelanjut keturunan. Dlm dunia kedokteran modern banyak hal yg menyebabkan tidak memiliki keturunan ini, yg jelas pasti ada penyebabnya. Penyebab inilah yg harus disadari kenapa sampai begitu ? Karena secara normal manusia itu bisa mempunyai anak. Maka dlm kitab bakti ditekankan untuk menjaga dan memelihara tubuh kita. Dari rambut, kulit, tubuh dan anggota badan adalah pemberian orang tua, menjaga dan memelihara tubuh kita inilah awal dari bakti. Salah satu penyebabnya mungkin kurang atau tidak menjaga dan memelihara tubuh kita. Adopsi anak tidak bisa dikatakan berbakti, krn bukan darah keturunan sendiri. Tentang marga Nabi Kongzi sendiri asal mulanya bukan marga Kong. Ayah Kongzi adalah Kong Shu Liang He, Kong Shu Liang He anak dari Kong Bo Xia, Ayah Kong Bo Xia adalah Kong Fang Shu. Kong Fang Shu adalah anaknya Mu Jin Fu, ayah Mu Jin Fu adalah Kong Fu Jia. Kong Fu Jia inilkah yg pertama kali menggunakan nama marga Kong, yg sbenarnya berasal dari keturunan Wei Zi Qi, kakak dari Raja Cheng Tang dari dinasti Shang. Demikian juga dgn Zhou Wen Wang nama aslinya adalah Ji Chang, Zhou Wu Wang nama aslinya adalah Ji Fa, Pangeran Zhou nama aslinya adalah Ji Dan. Jadi nama "marga" itu adalah aturan yg dibuat oleh manusia. Jadi yg dinamakan pelanjut keturunan itu bukanlah dalam pengertian nama 'marga' seperti anggapan kita yg sdh benar2 membudaya, jadi kalau ngga punya anak laki2 dianggapnya ngga berbakti, anggapan ini adalah salah. Penjelasannya sangat rumit dan ini butuh pemahaman yg sedikit agak mendalam.itulah Hukum Tian, hukum sebab akibat. Hukum Tian ini pasti dan tidak beubah. Terkadang akibat ulah perbuatan orangtua kita atau kakek nenek kita, yang menerima akibatnya kita sbg anak (mis. menjadi mandul). Kita bisa mengatakan ' kayaknya ngga fair' karena kita sbg penerima akibat, coba sekarang kita berpikir terbalik, terpikirkah perbuatan2 kita yg sekarang adalah utk kepentingan anak2 keturunan kita ? Benarkah kita sdh menjaga dan memelihara tingkah laku dan perbuatan kita demi menjaga dan memperbaiki keturunan kita ? Harus kita akui bahwa setiap perbuatan kiita belum tentu dapat terkontrol dgn baik. Pada akhirnya kita tetap hrs menerima apa adanya bahkan hrs tetap mensyukuri dan tetap berusaha. Yg penting kita hrs siap MEMBINA DIRI hidup yg benar. Karena berbakti pada orang tua itu tidak HANYA mempunyai anak, masih banyak dan sangat luas objek2 menjalan kan bakti. Jangan menggerutu pd Tian dan jangan menyalahi sesama.Kita hrs membedakan persoalannya, apa dan siapa yg berbakti ? Bakti adalah bentuk CINTA KASIH kpd orang tua, bakti adalah kewajiban ANAK. Jika seorang anak pungut menjalankan bakti kepada ayah angkatnya, itu adalah hal yg wajar, apalagi dididik dgn kasih sayang, dibesarkan, disekolahkan dsb.Tapi bagi sang ayah (orangtua) angkat dlm batinnya, dalam hati kecilnya masih merasakan bhw ini bukan anak yg sebenarnya, ini bukan darah keturunannya. Namun dlm hal ini kita hrs menyadari pula bahwa manusia tidak boleh larut dlm perasaan berdosa/bersalah ia hrs meminimalisirnya perasaan ini dgn berusaha, bisa mengangkat anak, atau mengambil anak dari saudaranya, atau berusaha mell medis, bahkan jaman sekarang bisa dgn bayi tabung (tentu utk yg berduit). Dan yg lebih ekstrim kawin lagi. Egoisnya manusia disatu sisi ingin menjalankan kebaikan bakti, disisi lain membuat penderitaan istri pertamanya. Seorang Junzi melakukan perbuatan utk kebaikan semua. Jadi sah2 saja jika mengangkat anak pungut. Saya percaya manusia memiliki Kebijaksanaa dlm menghadapi persoalan, dgn demikian p0asti mampu menyelesaikan masalah ini. Anak hanya bagian kecil dari masalah BAKTI. Tanpa anak manusia masih bisa melanjutkan cita-cita mulia orang tuanya. Tidak punya pelanjut keturunan bukan berarti harga MATI kita tidak bisa menjalankan BAKTI. Salah besar. ajaran Shengren Kongzi yang memberikan pemahaman tentang kosmologi dalam kaitannya dengan hubungan-hubungan alamiah pada setiap bagian kosmis secara Universal baik hubungan manusia ,alam serta lingkungan . Aturan-aturan atau hukum-hukum kosmis merupakan harmoni antara setiap bagian kosmis dengan keseluruhan. Untuk menggerakkan kosmis secara harmonis diperlukan chi (energi) yin-yang, yang dipahami sebagai energi negatif-positif. Yin-yang membawa sifat sifat yang dipersonifikasikan pada sifat manusia. inti pengajarannya pada proses pencapaian harmoni sosial, yang dalam hal ini adalah hubungan harmoni antar individu (manusia). Pencapaian harmonisasi sosial ini melalui proses belajar, yang bertujuan untuk menjadi manusia yang memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang sebenarnya.
 
Ctt rangkuman