Perbedaan antara budaya dan hal-hal alami adalah bahwa
budaya merupakan produk manusia, dan dengan demikian itu didasarkan pada
sifat manusia-spesifik, bagian dari sifat manusia untuk melampaui
atribut alam yang "binatang yang berbeda" yang spesies meskipun
"beberapa melebur" "sifat manusia." sangat nyata
[1] Sebagai contoh, masyarakat (manusia) diwujudkan sangat wajar dalam cara mencari nafkah (bukan cara untuk membuat hidup seperti binatang langsung naluriah),
[2] dari keragaman yang tak terbatas pengetahuan,
perasaan, diwujudkan pada kelangsungan hidup sifat non-homogen
negara (tidak seperti hal-hal alami dengan keteraturan dan Homogenitas),
simbol atau kegiatan sistem simbolik mencerminkan orang-orang di luar
alam , langsung kecenderungan hal dan kapasitas.
[3], ini transendensi bagi kemanusiaan untuk menyadari bahwa relatif
dan keterbatasan, menyadari ketidaklengkapan sendiri dan belum selesai,
menyadari ketergantungan eksternal dari kondisi dan dengan kontradiksi
yang melekat , sehingga mencari jati diri. Dan di luar kecenderungan diri. Jadi orang akan selalu menjadi atau istilahnya sebuah proses, merupakan tren.
Yang transenden ini, tren ini berdasarkan pengalaman tidak terbatas
pada pengalaman, keluar dari mereka sendiri dari tren alami keluar dari
kerinduan yang tak terbatas terbatas untuk tren keluar dari kerinduan
saat tren abadi keluar dari tren relatif lama untuk kearah tren mutlak, mendorong
orang menggunakan alat-alat kolaborasi akal dan sosial, mengejar tanpa
henti dari pemahaman emosi dan kehendak, sehingga sistem simbol umum
(garis dari seni rupa dengan konsep filosofis, dari penggunaan bahasa
untuk fungsi masyarakat) manifestasi budaya.
Jika budaya seperti sungai, maka transendensi ini adalah sumbernya.
Sebagai proses manusia dan sebagai kecenderungan transendensi manusia
berdasarkan kekuatan ini dan membuat sungai yang melekat pada jati diri budaya yang
panjang kedepannya.
Manusia melampaui titik memiliki hampir jauh, tinggi rendah, dangkal
ada yang mendalam, terjauh, tertinggi atau terdalam, sebagai Akar
sendiri dan nasib, tetapi agama yang disebut "ilahi" atau "ultimate",
disebut dengan nama yang berbeda dalam sistem simbol yang berbeda dengan difinisi Tuhan.
[4] manusia untuk mengatasi sendiri di luar kecenderungan alami kekal
cenderung terbatas, refleksi terkonsentrasi tentang alam semesta (Tian /Tuhan secara umum ),
atau gagasan tentang alam semesta dan iman, ini sistem ide-ide dan keyakinan
bahwa agama akan menjadi ekspresi terkonsentrasi transendensi manusia.
Hal ini tidak mengherankan bahwa berbagai bentuk budaya (seperti
filsafat, ilmu pengetahuan, seni, puisi, musik, tari, drama dan bahkan
politik, etika, dll) pada periode terjadinya dengan sifat religius yang
kuat bahkan dikandung dalam agama Ibu.
Jika budaya seperti pohon, maka pandangan Tian seluruh alam semesta adalah akarnya.
Dengan semangat inilah melahirkan kekuatan kinerja sebagai manusia
untuk mengatasi kepercayaan kepada TUHAN/TIAN/Langit alam semesta sebagai ide-ide religius
nilai-nilai kemanusiaan dan semangat dari carrier, merupakan akar umum
dari budaya yang berbeda dari pohon.
Pertumbuhan budaya merupakan pengembangan dalam proses diferensiasi. Filsafat, seni, ilmu pengetahuan, politik, dll dari proses keagamaan, yaitu, proses perkembangan pesat. Tapi sama seperti pohon-pohon dan dedaunan bifurkasi dari peregangan.
Di satu sisi, ini bifurkasi dan peregangan untuk membawa pohon taman
bunga dan eye-catching, Di sisi lain, bunga-bunga untuk yayasan mereka,
asosiasi ini sering diabaikan.
Untuk tujuan artikel ini, untuk meminjam metafora, Kita ingin berbicara
tentang bunga dari pohon budaya Tionghoa - budaya kuno akar
pohon - konsep "pilar Konfusianisme modern" Kembali ke jalan "ke
depan harus diambil.
THIAN/TUHAN itu adalah Sumber Kehidupan .
Namun TIDAK berarti bahwa semua hasil hidup kita itu ditentukan atau diatur oleh Thian.Karena yang bekerja selanjutnya adalah Hukum Alam Semesta itu sendiri secara alami ( makluk hidup beserta isinya termasuk manusia ,hewan,tumbuh-tumbuhan di dalamnya ) .
Mungkin secara realita melihat setiap manusia hidup dalam dunia yang unik, sebuah dunia pribadi yang berbeda dari yang dihuni dan dialami oleh semua manusia lainnya. realitas berbeda dari orang ke orang, bisa sj kita berbicara tentang realitas tunggal, atau tidak harus kita benar-benar akan berbicara tentang realitas plural? Dan jika ada realitas plural, beberapa orang lain lebih benar (lebih nyata) bila dibandingkan? Bagaimana dengan dunia skizofrenia ? Mungkin itu nyata seperti dunia kita. Mungkin kita tidak bisa mengatakan bahwa kita berada dalam berhubungan dengan realitas dan dia tidak, melainkan harus mengatakan, realitas-Nya sangat berbeda dengan kita bahwa dia tidak bisa menjelaskan kepada kita, dan kita tidak bisa menjelaskan kita kepadanya . Masalahnya, kemudian, adalah bahwa jika dunia subjektif dialami terlalu berbeda, ada terjadi gangguan dalam komunikasi dan ada adalah penyakit nyata (seakan THIAN tidak mendengar dan tidak membantu ).
misalkan Orang membuang sampah sembarangan lama-kelamaan banjir ( itu hasil perbuatan kita tanpa kita sadari kok Thian memberikan masalah /musibah dalam diriku ? setiap ada masalah tentu ada akar yang menjadi penyebab ( introfeksi diri ' ) . di daerah banyak sekali pengemis-pengemis dalam mencari makan untuk menghidupi dirinya lewat uluran tangan Donatur , bila si Donatur itu sudah bosan memberikan sumbangan tentu mereka berusaha mencari solusi bagaimana mendapatkan sesuap nasi tuk hari ini dan hidup selanjutnya ,uang tidak akan jatuh dari langit dgn sendirinya tanpa usaha dari diri sendiri bila tdk mau berusaha .
bila" hampir setiap malam saya slalu berdoa kepada Tien" tanpa perbuatan dalam hal ini Kebajikan mencari solusi nya tak akan menyelesaikan masalah bila hanya Berdoa akhirnya keluh gerutu kepada Thian .
( berDoa merupakan kewajiban itu suatu keharusan ) di barengi prinsip-prinsip cheng,xin, zhong & Jing dgn dasar Li serta kerja keras keteguhan hati, BUKANlah sekedar gebrakan instan dari THIAN semua kembali kediri kita masing-masing apa yang kita sudah lakukan ??Kecantikan diri jiwa merupakan kualitas Ini hanya ada dalam pikiran ( merenungkan ), dan pikiran masing-masing merasakan keindahan yang berbeda..
ini ada cerita di Liji bagus untuk di renungkan ^V^
Zi-Gong bertanya kepada Shengren Kongzi, “Memberanikan bertanya, mengapa seorang Junzi memuliakan batu Kumala (Yu) dan merendahkan batu Min (koral)? apakah hal itu karena batu Yu itu sedikit dan batu Min itu banyak jumlahnya?”
Shengren Kongzi menjawab, “Bukan karena batu Min itu banyak maka merendahkannya dan karena batu Yu itu jarang maka memuliakannya. Pada jaman dahulu, yang berwatak Junzi membandingkan Kebajikan dengan batu Yu. (Batu Yu itu) lembut, halus dan berkilau, itu menampakkan sifat Cinta Kasih; indah, rapi dan kuat, itu menampakkan kearifan / kebijaksanaan; kokoh tetapi tidak tajam menggunting, ––– itu menampakkan sifat kebenaran; menggantung ke bawah seolah akan jatuh ke tanah, itu menampakkan (kerendahan hati) dalam kesusilaan; bila terpukul menerbitkan suara nada yang jelas dan pan
jang tetapi berjeda wajar, itu menampakkan sifat musik; cacatnya tidak menutupi keindahannya; keindahannya juga tidak menutupi cacatnya; ––– itu menampakkan sifat satya;cahaya dari dalamnya memancar ke segala arah, itu menampakkan sifat dapat dipercaya; bergemilang sebagai pelangi putih: ––– nampak seperti langit; sangat halus bagai rokh, nampak seperti gunung dan sungai: ––– itu menampakkan bumi. Kalau ditegakkan sebagai tongkat (Gui Zhang) melambangkan kedudukan, ––– itu mengungkapkan buah Kebajikan. Di bawah langit tiada yang tidak memuliakan, itu seperti Jalan Suci (Dao). Disuratkan di dalam Kitab Sanjak, “Bila kuingat akan sang Susilawan, nampak demikian ramah bagai batu kumala.” (Shi Jing I.xi.3,1). Demikianlah mengapa seorang Junzi memuliakannya.”
by ;Tonny .K.
THIAN/TUHAN itu adalah Sumber Kehidupan .
Namun TIDAK berarti bahwa semua hasil hidup kita itu ditentukan atau diatur oleh Thian.Karena yang bekerja selanjutnya adalah Hukum Alam Semesta itu sendiri secara alami ( makluk hidup beserta isinya termasuk manusia ,hewan,tumbuh-tumbuhan di dalamnya ) .
Mungkin secara realita melihat setiap manusia hidup dalam dunia yang unik, sebuah dunia pribadi yang berbeda dari yang dihuni dan dialami oleh semua manusia lainnya. realitas berbeda dari orang ke orang, bisa sj kita berbicara tentang realitas tunggal, atau tidak harus kita benar-benar akan berbicara tentang realitas plural? Dan jika ada realitas plural, beberapa orang lain lebih benar (lebih nyata) bila dibandingkan? Bagaimana dengan dunia skizofrenia ? Mungkin itu nyata seperti dunia kita. Mungkin kita tidak bisa mengatakan bahwa kita berada dalam berhubungan dengan realitas dan dia tidak, melainkan harus mengatakan, realitas-Nya sangat berbeda dengan kita bahwa dia tidak bisa menjelaskan kepada kita, dan kita tidak bisa menjelaskan kita kepadanya . Masalahnya, kemudian, adalah bahwa jika dunia subjektif dialami terlalu berbeda, ada terjadi gangguan dalam komunikasi dan ada adalah penyakit nyata (seakan THIAN tidak mendengar dan tidak membantu ).
misalkan Orang membuang sampah sembarangan lama-kelamaan banjir ( itu hasil perbuatan kita tanpa kita sadari kok Thian memberikan masalah /musibah dalam diriku ? setiap ada masalah tentu ada akar yang menjadi penyebab ( introfeksi diri ' ) . di daerah banyak sekali pengemis-pengemis dalam mencari makan untuk menghidupi dirinya lewat uluran tangan Donatur , bila si Donatur itu sudah bosan memberikan sumbangan tentu mereka berusaha mencari solusi bagaimana mendapatkan sesuap nasi tuk hari ini dan hidup selanjutnya ,uang tidak akan jatuh dari langit dgn sendirinya tanpa usaha dari diri sendiri bila tdk mau berusaha .
bila" hampir setiap malam saya slalu berdoa kepada Tien" tanpa perbuatan dalam hal ini Kebajikan mencari solusi nya tak akan menyelesaikan masalah bila hanya Berdoa akhirnya keluh gerutu kepada Thian .
( berDoa merupakan kewajiban itu suatu keharusan ) di barengi prinsip-prinsip cheng,xin, zhong & Jing dgn dasar Li serta kerja keras keteguhan hati, BUKANlah sekedar gebrakan instan dari THIAN semua kembali kediri kita masing-masing apa yang kita sudah lakukan ??Kecantikan diri jiwa merupakan kualitas Ini hanya ada dalam pikiran ( merenungkan ), dan pikiran masing-masing merasakan keindahan yang berbeda..
ini ada cerita di Liji bagus untuk di renungkan ^V^
Zi-Gong bertanya kepada Shengren Kongzi, “Memberanikan bertanya, mengapa seorang Junzi memuliakan batu Kumala (Yu) dan merendahkan batu Min (koral)? apakah hal itu karena batu Yu itu sedikit dan batu Min itu banyak jumlahnya?”
Shengren Kongzi menjawab, “Bukan karena batu Min itu banyak maka merendahkannya dan karena batu Yu itu jarang maka memuliakannya. Pada jaman dahulu, yang berwatak Junzi membandingkan Kebajikan dengan batu Yu. (Batu Yu itu) lembut, halus dan berkilau, itu menampakkan sifat Cinta Kasih; indah, rapi dan kuat, itu menampakkan kearifan / kebijaksanaan; kokoh tetapi tidak tajam menggunting, ––– itu menampakkan sifat kebenaran; menggantung ke bawah seolah akan jatuh ke tanah, itu menampakkan (kerendahan hati) dalam kesusilaan; bila terpukul menerbitkan suara nada yang jelas dan pan
jang tetapi berjeda wajar, itu menampakkan sifat musik; cacatnya tidak menutupi keindahannya; keindahannya juga tidak menutupi cacatnya; ––– itu menampakkan sifat satya;cahaya dari dalamnya memancar ke segala arah, itu menampakkan sifat dapat dipercaya; bergemilang sebagai pelangi putih: ––– nampak seperti langit; sangat halus bagai rokh, nampak seperti gunung dan sungai: ––– itu menampakkan bumi. Kalau ditegakkan sebagai tongkat (Gui Zhang) melambangkan kedudukan, ––– itu mengungkapkan buah Kebajikan. Di bawah langit tiada yang tidak memuliakan, itu seperti Jalan Suci (Dao). Disuratkan di dalam Kitab Sanjak, “Bila kuingat akan sang Susilawan, nampak demikian ramah bagai batu kumala.” (Shi Jing I.xi.3,1). Demikianlah mengapa seorang Junzi memuliakannya.”
by ;Tonny .K.