Sabtu, 14 Januari 2012

I CHING (KITAB PERUBAHAN)

Yi Jing ( bacanya: I Ching ) adalah Kitab China Kuno yang sangat fenomenal dan terkenal di kalangan kaum penghayat Ilmu Kebathinan China atau bagi mereka yang mendalami Ilmu Metafisika China Kuno. Kitab kuno ini, konsep awalnya diperkenalkan oleh Raja Fu Xi (2953 – 2838 SM), bertutur tentang Hakekat Perubahan. Baik perubahan mengenai fenomena Alam Semesta maupun tentang Kehidupan Manusia.
Seperti apakah isinya…??? Silahkan simak, sajian unik ini.
Kitab kuno ini, kini telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa di dunia, bahkan di dunia Barat, kitab inipun tidak kalah populernya dengan Kitab Tao De Ching / Tao Te Cing ( Kitab tentang Kebajikan Tao ). Falsafah Perubahan I Ching merupakan cikal bakal dari berbagai Ilmu Kebathinan/Metafisika China, seperti; Chinese Medicine Classic, Akupuntur, Akupreiser, Ba Zi ( Ilmu 8 Huruf Kelahiran ), Feng Shui ( Hong Sui / Ilmu Pengaturan Angin & Air ), Zi Wei Dou Shu ( Ilmu Bintang Ungu ), Strategi Perang Sun Tsu, Ilmu Perbintangan Khong Beng, Mien Xiang ( Ilmu Bentuk Wajah), Telapak Tangan Ba Gua, Erl Shi Ba Xing ( Ilmu Pergerakan Dua Puluh Delapan Bintang ), Shi Erl Chin Wei ( Ilmu 12 Konstelasi Bintang ), Dong Shu / Tung Su ( Primbonisasi China ), Ciam Si, Wushu/Kungfu,dlsb.
Bahkan kalau kita mau jujur, Konsep inti dari I Ching, yaitu; Yin & Yang ( konsep tentang Minus & Plus / Negatif & Positif ) adalah sumber inspiratif dari segala macam bentuk Ilmu Pengetahuan Modern, seperti; Medan Magnet, Kelistrikan, Komputer, Genetika, Fisika, Matematika, Mekanika, Ilmu Hitung sampai ke Ilmu Sosial, dll.
I Ching inilah yang pertama kalinya memperkenalkan konsep tentang Pengkondisian Minus ( - ) dan Plus ( + ) atau Yin & Yang ke dalam sejarah peradaban kehidupan ini. Falsafah mengenai Minus dan Plus merupakan komponen paling baku bagi ilmu apapun, baik ilmu yang bersifat fisik/ilmiah maupun yang berbau supranatural. Tidak ada satupun di dunia ini, ilmu apapun wujudnya, yang tidak terkait dengan pengkondisian Negatif & Positif ( Yin & Yang ). Jadi, bukanlah sesuatu yang berlebihan kalau saya katakan, I Ching adalah Filasafat Paling Tua di dunia, yang menjadi sumber inspirasi bagi terciptanya segala macam Ilmu Pengetahuan & Teknologi, disamping Ilmu-Ilmu Metafisika China, tentunya.
I Ching tetap bisa bertahan dan berkembang luas sampai sekarang bukanlah semata-mata sekedar wujud peninggalan sejarah belaka, tapi merupakan bukti dari suatu proses panjang mengenai kejayaan peradaban manusia yang ternyata sudah hebat sejak jaman purba. Kitab I Ching ini di dalam perjalanan sejarahnya pernah melewati masa-masa pemusnahan massal, seperti di Zaman Kekuasaan Kaisar Chou Wang / Tiu Ong diakhir Dinasti Shang, lalu Zaman Kelaliman / Pemberangusan Kaisar Qin Shi Huang Di / Chin Se Hong Te dari Dinasti Qin. Perusakan dan Penjarahan Besar Zaman Kekuasaan Para Warlord, Penjarahan Brutal di masa hegemoni Inggris, Perancis dan Portugis ke China. Terakhir juga mengalami masa Pemusnahan Sistematis dari Revolusi Kebudayaan Mao Zi Dong / Mao Tse Tung. Namun, I Ching merupakan satu dari sedikit kitab kuno yang terbebas dari rangkaian pemusnahan besar tersebut. Ini satu bukti, bahwa I Ching memang bukan kitab sembarangan. Kitab kuno yang bertuah, bagaikan kitab wahyu yang diturunkan Sang Pencipta melalui seorang Fu Xi, yang terus terselamatkan, bahkan kini malah sampai tersebar ke mancanegara, dalam berbagai bahasa.
I Ching memperkenalkan (untuk pertama kalinya) ke dalam peradaban manusia tentang Hukum Perubahan. Suatu falsafah besar bagi kehidupan, yang masyarakatnya kala itu masih tergolong primitif. Falsafah Tentang Hakekat Perubahan yang dipaparkan Fu Xi pada sekitar 5.000 tahun yang lalu ini, dipaparkan justru di masa masyarakat Tiongkok (maupun dunia) masih belum mengenal huruf / tulisan. Lalu bagaimana cara penyampaiannya? Mungkinkah menyampaikan suatu konsep / filsafat kebathinan yang menyangkut tentang segala macam Hakekat Perubahan yang maha kompleks ini tanpa disertai dengan catatan atau tulisan ?
Untuk ukuran logika kita yang awam ini, tentu saja hal itu serasa mustahil, bukan? Namun tidak, bagi penghayat kebathinan (spiritualist) sekaliber Raja Agung Fu Xi.
Terinspirasi oleh kemunculan Kuda Naga di Sungai Lo yang di punggungnya terdapat gambar-gambar kecil beraturan, Fu Xi pun mendapat pencerahan (dalam bahasa agama, mungkin ini yang bisa kita artikan sebagai menerima wahyu).
Dijabarkannyalah Hakekat Perubahan yang mendasari proses kehidupan ini. Untuk menyampaikan konsep perubahan tersebut, dikarenakan saat itu manusia belum mengenal huruf/tulisan, maka dirumuskanlah Simbol-simbol Kehidupan yang dijadikannya sebagai metode pengantar untuk memahami falasafah mengenai adanya Hukum Perubahan yang bersifat universal ini. Symbol-symbol kehidupan yang dipergunakan inilah yang tertuang dalam I Ching, yaitu:


1. Wu Chi. Diartikan sebagai Alam Suwung, keadaan kosong yang hampa, yang melambangkan tentang alam semesta yang bermula dari suatu keadaan kosong yang belum ada apapun di dalamnya. Ini bisa juga dijabarkan sebagai adanya sesuatu yang tak terjangkau akal pikiran kita dan kita tidak tahu pasti seperti apa persisnya. Ini disimbolkan sebagai sesuatu yang hampa/kosong. Simbol ini digambarkan sebagai sebuah lingkaran yang kosong.


2. Tai Chi. Arti harafiahnya adalah Maha Kutub. Simbol ini menggambarkan tentang suatu kondisi bahwa kehampaan/kekosongan yang mengawali konsep kehidupan sebagaimana disimbolkan di atas, ternyata berporos pada Satu Titik Pusat / Maha Kutub ( Pusat Kegaiban Semesta ) yang kemudian menjadi sumber penggerak bagi semua fenomena yang ada di alam semesta ini dan bagi segala proses perubahan, pertumbuhan maupun kehidupan/dinamika yang ada di Jagad Raya. Pusat penggerak ini kemudian dikenal sebagai Hukum Alam, yang merupakan Satu Kesatuan Utuh sebagai ibu dari segala hal yang tercipta dan sumber penggerak atas semua fenomena alam yang terjadi. ( note penulis : dalam bahasa agama, inilah yang kita posisikan sebagai Tuhan – dalam pelajaran I Ching tidak disebut sebagai Tuhan karena di jaman itu belum dikenal adanya agama ) Pelajaran ini disimbolkan sebagai sebuah lingkaran kosong dengan satu titik hitam di pusatnya.


3. Yin Yang. Merupakan penggambaran tentang adanya kondisi yang saling antagonis. Ada gelap ada terang, ada dingin ada panas, ada yang buruk ada yang bagus, kecil-besar, lentur-kaku, lembut-keras, jinak-ganas, pasif-aktif, dll. Ke semuanya itu dijabarkan sebagai Hukum Negatif dan Positif. Simbol yin-yang ini bergambar lingkaran dengan kombinasi hitam putih dan dua buah mata yang juga hitam putih dalam komposisi yang saling simetris. Sekarang ini, lambang tersebut lebih dikenal sebagai Simbol / Lambang Tao.


4. Wu Xing. Yang diartikan sebagai Lima Elemen, yaitu Kayu, Api, Tanah, Logam & Air. Kayu, melambangkan warna Hijau, Cinta Kasih, Lever, Musim Semi, Sifat yang kaku, Hutan, dll. Api sebagai gambaran warna Merah, Kesusilaan, Jantung, Musim Panas, Sifat yang pemarah, Matahari, dll. Tanah sebagai symbol warna Kuning, Kejujuran, Lympha dan Lambung, Musim Pancaroba, Sifat yang malas, Bumi, dll. Logam yang mencerminkan warna Putih, Perikebajikan, Paru-paru, Musim Gugur, Sifat yang egois, Awan, dll. Air sebagai gambaran dari warna Hitam, Rendah Hati, Ginjal, Musim Dingin, Sifat yang liar, Laut,dll. Semua fenomena alam dan juga seluruh aktivitas kehidupan, bisa dikelompokkan / dijabarkan ke dalam kategori Lima Elemen di atas.


5. Ba Gua / Pat Kwa. Yaitu Delapan Trigram yang digambarkan sebagai kompilasi dari perpaduan Garis Utuh ( Yang / Positif ) dan Garis Putus ( Yin / Negatif ). Tiap trigram menggambarkan tentang Langit-Bumi, Gunung-Danau, Api-Air dan Petir-Angin. Langit-Bumi, sebagai Ayah & Ibu serta Sesuatu yang Aktif & Pasif. Api-Air sebagai Putri Tengah & Putra Tengah serta Kondisi yang Panas & Dingin. Gunung-Danau sebagai Putra Bungsu & Putri Bungsu serta Sifat yang Tinggi Hati & Rendah Hati. Petir-Angin, sebagai lambang dari Putra Sulung & Putri Sulung serta Hal tentang Kegalauan & Kedamaian. Masing-masing trigram terdiri atas 3 buah garis yang tersusun sedemikian rupa, tanpa ada satupun perpaduan kombinasi garis yang sama satu dengan lainnya.
Dengan menggunakan simbol-simbol kehidupan inilah, Fu Xi menjabarkan konsep filsafatnya tentang Hakekat Perubahan yang terjadi di alam kehidupan ini.
Fu Xi wafat di usianya yang ke 130 tahun. Sekitar 200 tahun kemudian, di Jaman Kepemimpinan Huang Di / Hwang Ti ( Raja Kuning ), Chong Kiat seorang cendekiawan kala itu, untuk pertama kalinya memperkenalkan bentuk-bentuk awal huruf / tulisan. Guratannya masih kuno dan berbentuk seperti gambar-gambar kecil. Inilah yang kemudian berkembang menjadi Huruf Kanji / Mandarin. Di zaman Huang Di ini (2698-2598 SM), mulailah konsep tentang Hakekat Perubahan yang dicanangkan Fu Xi, dibubuhi berbagai catatan/tulisan, tapi masih belum dibukukan.

Di zaman Dinasti Xia (2205-1766 SM) mulai dibukukan dan bukunya dinamakan Lian Shan ( Jajaran Agung ). Di zaman Dinasti Shang ( 1766-1066 SM ) dikenal dengan nama Gui Cang ( Kembali ke Kegaiban ). Lalu di masa Dinasti Zhou ( 1066-221 SM ) popular dengan sebutan Zhou Yi ( Kitab Perubahan dari Dinasti Zhou ), dan akhirnya, kini dikenal sebagai Yi Jing ( baca: I Ching ) , yang
secara harafiah berarti Kitab (tentang) Perubahan..

 Sumber : Suhu Tan

Yi Jing ( baca: I Ching )

Zhou Yi, Kitab tentang hakekat perubahan di zaman Dinasti Zhou, seiring perjalanan waktu akhirnya mengalami perubahan nama. Kemudian menjadi populer dengan sebutan Yi Jing ( baca: I Ching )
Sesuai dengan namanya, kitab ini memuat pelajaran tentang metafisika perubahan. Bahwa segala hal yang tercipta yang terkondisikan dengan jelas maupun yang tersamarkan kondisinya tak ada yang luput dari perubahan. Setiap aksi akan mendatangkan reaksi dan dari reaksi yang muncul pasti akan memunculkan kembali aksi yang baru. Dengan adanya kondisi aksi reaksi seperti ini maka terjadilah perubahan demi perubahan yang terus bersiklus tak pernah berhenti. Tercapainya suatu kondisi yang membuat berhentinya proses perubahan, inilah yang dinamakan sebagai pencapaian pencerahan abadi atau berakhirnya segala fenomena. Suatu kondisi yang mungkin terjadi tapi entah kapan fakta riilnya.
Berdasarkan konsep penghayatan Yin Yang, selalu saja ada hal antagonis didalam kehidupan ini. Ada panas pasti ada dingin. Ada keras ada lembut, ada siang ada malam, ada yang tidak takut pasti akan kita temui mereka yang takut. Karena adanya sesuatu yang enak maka akan memunculkan juga hal yang tidak enak. Kenyamanan baru bisa kita rasakan bila sebelumnya kita sudah merasakan tentang hal yang tidak nyaman. Bila seumur hidup kita tidak pernah tahu sesuatu yang tidak nyaman itu seperti apa, bagaimana mungkin kita bisa tahu rasa nyaman itu kayak apa. Ada sehat ada sakit, ada optimisme tentu ada pula pesimisme. Ada yang bergerak pasti ada yang tidak bergerak.
Dari logika pemikiran tersebut , berarti akan muncul jalur pemikiran yang menyimpulkan bahwa ; dengan adanya perubahan pasti ada suatu kondisi yang tidak berubah. Apa itu yang tidak berubah? Jawabnya cuma satu, yaitu Hukum Perubahan itu sendiri. Seperti matahari yang selalu terbit di timur dan tenggelam di barat, muncul setiap pagi hari dan tenggelam di sore hari. Begitu juga dengan fenomena alam lainnya. Semua terus berulang-ulang dalam siklus yang tetap dan terprediksikan alur pergerakannya (perubahannya). Ini dimungkinkan terjadi karena adanya Hukum Perubahan yang tetap, dari dulu sampai sekarang hukumnya tetap sama tak pernah berubah. Dengan adanya hukum yang tetap / abadi (tidak pernah berubah) akan hakekat dari Perubahan, maka Perubahan itu bukanlah sesuatu yang unpredictable, semuanya menjadi suatu fenomena yang bisa kita prediksikan.
Nah, adanya Hukum Perubahan yang tetap seperti inilah yang dipakai oleh Fu Xi (2953 - 2838 SM) sebagai dasar pemikiran bahwa perubahan adalah sesuatu yang pasti, tidak ada yang tidak berubah. Semua berderap dalam proses perubahan, tiada yang luput dari perubahan, tiada yang tidak akan berubah.
Dan perubahan itu sendiri adalah sesuatu yang berproses, bergerak dari momen ke momen, tidak ada yang langsung instan atau serba mendadak. Kalau saja kita mau cermat mengamati fenomenanya maka perubahan yang akan terjadi, seperti apapun bentuk dan wujudnya adalah sesuatu yang sesungguhnya bisa kita antisipasi.
Segala apa yang akan terjadi ( perubahan yang muncul ), di dalam logika penghayatan I Ching tidak ada yang tidak bisa diprediksikan karena semuanya bergerak dalam alur proses yang didasari oleh hukum yang tetap. Hukum yang bisa dihitung dan dijabarkan secara matematis. Cuma memang ukuran matematisnya agak unik, bukan perpaduan angka tapi matematis tentang kombinasi dan transformasi elemen.
Filsafat Perubahan I Ching, yang dicanangkan Fu Xi sejak hampir 5.000 tahun yang lalu, membeberkan secara detail tentang proses dari setiap perubahan. Baik perubahan alam maupun perubahan yang disebabkan karena aksi manusia. Apapun yang kita lakukan sekarang ini (sebab) pasti akan membuahkan reaksi (akibat) yang masuk ke dalam alur hidup kita. Seperti apa reaksi yang kita terima? Semua tergantung dari aksi apa yang kita lakukan. Dalam pengertian lain, apapun yang kita lakukan akan menghasilkan reaksi yang berbeda-beda, bisa baik bisa buruk. Bisa mendatangkan kemujuran bisa pula mendatangkan kemalangan. Sekali lagi, tergantung dari apa yang kita perbuat dan bagaimana kita mengantisipasinya.
Penganalisaan untuk semua bentuk-bentuk perubahan ini tertuang dengan gamblang di dalam I Ching. Asal saja kita mau mendalami dan menekuni I Ching dengan sungguh-sungguh, kita akan dapat dengan mudah membuat perhitungan yang matematis untuk memprediksikan tentang apa yang akan terjadi kelak.
Tak kepalang tanggung, Kong Fu Zi (Khong Hu Cu) seorang filusuf besar , yang oleh komunitas tertentu di posisikan sebagai Nabi Agung, dalam salah satu ujarnya ada mengatakan:
Seperti halnya BMG memprediksikan ramalan cuaca, begitulah I Ching mengupas setiap proses dari bentuk - bentuk perubahan. Melalui data atas aksi yang kita lakukan, dipadukan dengan elemen alam yang sedang berkuasa, munculah suatu perhitungan yang merumuskan tentang apa yang akan terjadi. Bukan klinik, bukan mistik, bukan pula ramalan tahayul, tapi perhitungan matematis Ilmiah Timur, yang oleh kalangan Barat tidak diakui sebagai sesuatu yang ilmiah.
Jika kita menyelami lebih jauh tentang I Ching, semakin kita dalami akan semakin kita temukan hal-hal yang fenomenal. Banyak hal yang kita hayati sebagai sesuatu yang tak mungkin tapi menjadi mungkin dan logis begitu kita telaah dalam logika matematis I Ching.
Konsep dasar yang dibangun dalam pemahaman I Ching ini, mengandung hal-hal faktual yang tak bisa kita pungkiri kebenarannya. Dari dulu sejak diperkenalkan oleh Fu Xi sampai ke zaman millenium sekarang ini, butir-butir pemikiran Fu Xi yang tertuang dalam I Ching terbukti benar adanya, tak terbantahkan.
Bagaimana mungkin ....?
Okey, marilah kita simak konsep perubahan yang dicanangkan di dalam I Ching, yang merupakan butir-butir pemikiran otentik seorang Fu Xi, sbb:
Hakekat Perubahan meliputi fenomena faktual , berupa pemahaman bahwa;
Semua yang terkondisikan pasti akan mengalami perubahan.
Tidak ada sesuatu yang kekal selain hukum perubahan itu sendiri, termasuk benda mati sekalipun. Kita contohkan saja, sebuah batu besar yang diletakkan di taman lalu biarkan jangan disentuh, jangan di apa-apakan. Setelah didiamkan selama, katakanlah, 6 bulanan, akankah batu itu berubah? Jawabnya ya. Apanya yang berubah? Ya, paling tidak warna permukaan atas dan bagian bawahnya pasti sudah berubah. Yang atas semakin terang memutih karena sering terkena siraman cahaya matahari, sementara yang bawahnya malah tambah gelap dan mungkin juga mulai berjamur. Batu besar yang tak disentuh manusiapun ternyata tetap saja mengalami suatu proses perubahan. Apalagi kalau harus berbenturan dengan sentuhan atau pengrusakan oleh manusia pasti akan semakin kompleks efek perubahannya.
Ada yang terkondisikan sebagai sesuatu yang mudah sekali berubah.
Seperti halnya angin, awan, air, formasi pasir di gurun, pikiran, perasaan hati, emosi manusia serta naluri/insting binatang dan semua benda yang bergerak
Ada yang terkondisikan sebagai sesuatu yang mengalami perubahan total.
Seperti telur - ulat - kepompong kupu-kupu; telur - kecebong - kodok; benih janin- embrio- bayi, dan lain semacamnya.
Ada sesuatu yang selalu berubah dengan pola yang tetap.
Seperti halnya Matahari yang selalu terbit di Timur tenggelam di Barat. Bumi dan Planet lainnya yang bergerak mengelilingi Matahari. Bulan yang berevolusi mengelilingi Bumi. Gerakan Bumi yang berotasi pada porosnya. Angin yang selalu mengalir ke daerah tekanan udara yang lebih rendah. Air yang selalu mengalir ke bawah. Api yang selalu bergerak ke atas. Tunas pohon yang selalu tumbuh mengarah ke sumber masuknya cahaya matahari. Setiap benda yang dilempar ke atas pasti akan turun ke bawah, dan fenomena sejenis lainnya.
Ada pula yang selalu berubah-ubah.
Seperti kumpulan gambaran awan yang berarak, bunglon yang selalu berubah warna mengikuti warna yang ada di dekatnya, fatamorgana yang memantulkan aneka cahaya berlain-lainan tergantung dari sudut mana kita melihatnya, deburan ombak yang menghantam ke pantai, arah tiupan angin, dan model sejenis lainnya.
Apa yang di konsepkan di atas, sampai sekarang hal-hal tersebut tetap berlangsung seperti itu. Hakekat Hukumnya tetap, tidak ada yang berubah. Tidak terbantahkan, semua benar dan faktual adanya.
Dengan dalih pemahaman seperti diatas, I Ching menjabarkan semua fenomena perubahan tersebut ke dalam bentuk-bentuk dan konfigurasi elemen. Tidak ada satupun fenomena alam maupun benda - benda di sekitar kita yang tidak terwakili ke dalam pengelompokan elemen Wu Xing (Lima Elemen) '
Wu Xing yang terurai menjadi sepuluh karena pengaruh Yin dan Yang, saling berinter aksi satu dengan lainnya. Begitu juga terhadap elemen faktor langit, faktor bumi dan faktor manusia itu sendiri, semua berstimulasi sesuai hukum-hukum kodratinya. Pergeseran yang terjadi dari setiap interaksi elemen inilah yang memunculkan suatu reaksi perubahan demi perubahan.
Karena faktor kejiwaan manusia, aktivitas manusia, kondisi situasional alam lingkungan, siklus perubahan elemen tahunan, bulanan, harian dan jam, semuanya terpolarisasi dalam penjabaran elemen. Maka perhitungan interaksi elemen berarti merupakan perhitungan terhadap proses perubahan. Dan sekaligus juga bisa kita jadikan sebagai sarana antisipatif menghadai segala kemungkinan yang akan terjadi.
Demikian kurang lebih sedikit gambaran atau penyederhanaan dalam memahami hakekat dari nilai-nilai fenomenal I Ching. Sepintas, pengenalan ini serasa sulit untuk dipahami tapi bila kita mempelajarinya dalam kelas pembelajaran I Ching, semua menjadi lain. I Ching menjadi suatu ilmu metafisika yang menarik untuk dipelajari dan mudah dihayati bagi mereka yang sungguh-sungguh mau mempelajarinya.

sumber:; : Suhu Tan


DAO


135. Confucius said: "When the Dao prevailed in his country, Ning Wu Tzu played the wise man. When the Dao declined in his country, he played stupid. Someone might be able to match his wisdom, but no one can match his stupidity." [5.20]

136. Confucius said: "Who can leave the room without using the door? So why doesn't anybody follow the Dao?" [6.15]

137. Confucius said: "Knowing the Dao is not as good as loving it; and loving it is not as good as taking delight in it." [6.18]

138. Confucius said: "Live in constant good faith and love learning. Be willing to die for the sake of following the Dao. Do not enter a disorderly state, nor live in one where there is rebellion. When the Dao prevails in the empire, show yourself. When it does not prevail, then hide. When the Dao prevails, you should be ashamed to be poor and unrecognized. When the Dao does not prevail, you should then be ashamed to be wealthy and famous." [8.13]

139. Yen Yuan said: "Looking up at it, it goes higher. Delving into it, it gets more difficult. I see it in front of me, and suddenly it is behind me. Confucius has enriched me with literature and disciplined me with the rules of propriety. I am ready to give up, but I can't. I have done all that I am able to do, and yet there it is, rising up in front of me again. I want to follow it, but I can't see the way." [9.10]

140. Chi K'ang Tzu had been robbed and was very upset. Confucius said: "If you had no desires, no one would steal from you, not even if you offered someone a reward to do so." [12.18]

141. Confucius said: "One who knows the Dao first becomes free of the world; then he becomes free of his culture; then he becomes free from lust; then he becomes free from language." [14.39]

142. Confucius said: "Human beings are manifestations of the Dao. The Dao is not a manifestation of human beings."

143. Confucius said: "Even if you were wise enough to grasp it, you are not virtuous enough to hold on to it. So even if you grasp it, you will certainly lose it. Even if you are wise enough to grasp it and virtuous enough to hold on to it, perhaps you do not manifest it. In that case, the people will not recognize your attainment. Suppose you are wise enough to grasp it and virtuous enough to hold on to it, and suppose also that you manifest it. Nonetheless, if you don't act in accordance with the rules of propriety, you are still not perfect." [15.32]

144. Confucius said: "When the Dao prevails in the realm, the people do not debate politics." [16.2]

145. [The Daoists,] Chang Tso and Chieh Ni were working together in the fields when Confucius and Tzu Lu were passing by. Confucius sent Tzu Lu to ask about the best place to cross the river.
Chang Tso asked: "Who is that in the carriage?" Tzu Lu said: "It is Confucius" Chang said: "The Confucius of Lu?" "Yes." "Well, if that's the case, let him answer his question for himself."
Tzu Lu then approached Chieh Ni, who said: "Who are you?" "I am Tzu Lu." "The follower of this Confucius of Lu?" "Right." Chieh then said: "The world is in radical disorder! Who [is Confucius to think that he] can change it? As for you, rather than following a scholar who flees from this situation or that situation, why don't you follow one who escapes from the world entirely?" And with that, he went back to his work and wouldn't stop. 211
Tzu Lu went back and reported to Confucius what had happened. Confucius said sadly: "I can't enter into human relationships with the birds and beasts! If I don't associate with people, with whom will I associate? If the Dao prevailed in the world, there would be no need to change anything." [18.6]

146. Tzu Lu, having fallen behind Confucius and the other disciples, met an old man carrying a basket on a shoulder-pole. He asked him: "Have you seen my Master?"
The old man said: "You don't know how to work the land. You can't even distinguish between the five kinds of grain. Who, indeed, is your Master?" The old man then planted his staff in the ground and began to pull weeds. Tzu Lu just stood there with his arms folded. The old man allowed him to stay overnight, feeding him a dinner of chicken and millet, and introducing him to his two sons.
The next day, Tzu Lu left and caught up with Confucius. When Tzu Lu told Confucius what had happened, the Master said: "He is a Daoist." Confucius sent Tzu Lu back to see the old man, but when Tzu Lu arrived, he found that the old man and his sons were gone.
Later, Tzu Lu said: "If you don't live in society, how can you practice justice? If the relationship between old and young cannot be ignored, how can the relationship between ruler and ruled be set aside? For the sake of his own purity, the Daoist disrupts the bonds of society. But the Chun-Tzu practices his justice from within society, and he is well aware of the reality of injustice." [18.7]