Senin, 09 Januari 2012

第四詩句 - Verse 4 - Ayat 4

古之欲明明德於天下姐先治其國。欲治其國者先齊其家。欲齊其家者先脩其身。
欲脩其身者先正其心。欲正奇心者先誠其意。欲誠其意者先致其知。致知在格
物。
The ancients who wished to illustrate illustrious virtue throughout
the kingdom, first ordered well their own States. Wishing to order
well their States, they first regulated their families. Wishing to
regulate their families, they first cultivated their persons. Wishing
to cultivate their persons, they first rectified their hearts. Wishing
to rectify their hearts, they first sought to be sincere in their
thoughts. Wishing to be sincere in their thoughts, they first extended
to the utmost their knowledge. Such extension of knowledge lay in the
investigation of things.
Orang jaman dahulu yang hendak menggemilangkan Kebajikan Yang
Bercahaya itu pada tiap umat di dunia, ia lebih dahulu berusaha
mengatur negerinya; untuk mengatur negerinya, ia lebih dahulu
membereskan rumah tangganya; untuk membereskan rumah tangganya, ia
lebih dahulu membina dirinya; untuk membina dirinya, ia lebih dahulu
meluruskan hatinya; untuk meluruskan hatinya, ia lebih dahulu
mengimankan tekadnya; untuk mengimankan tekadnya, ia lebih dahulu
mencukupkan pengetahuannya; dan untuk mencukupkan pengetahuannya, ia
meneliti hakekat tiap perkara.
The Chinese culture has been deeply influenced by Confucius, a great Chinese teacher and educator. His influence extends throughout the world even today. Confucius believed that moral principles, virtues and discipline should be the very first lessons taught to a child, and that children need to practice them daily. It was most important to the ancient Chinese parents that their children learned moral principles and virtues first-before any other subjects, because without these as a foundation, the learning of all other subjects would be futile. In ancient China, the purpose of going to school and studying was to prepare for becoming saints and sages, not to pave the way for fame or making a profit. Di Zi Gui, in English, means standards for being a good student and child. It is the guide to a happy life. For thousand of years, this book contained the recommended standards for students. Even though they seem stringent by today’s standards, it is apparent that the people of that time felt it was important that the child should be well-disciplined and taught moral principles and virtues when still very young. They felt that without strict discipline and moral standards, a child would amount to nothing. Not knowing what it meant to be dutiful to parents and respectful to teachers, a child would grow up not listening to or respecting anyone.In reintroducing this , we hope it will serve as reference material and provide guidance for parents and children. Thus, future generations will benefit from it and society and our world will be at peace.

Orang Tionghoa keturunan dari Yan dan Huang-di

- Asal usul dari nama Tionghoa (Zhonghua)


Sejak beribu-ribu tahon orang Tionghoa menganggap bahwa mereka adalah turunan dari dua emperor Yan dan Huang. Menurut sejarah dan legenda kira2 5000 tahon yang lalu di negara Tionkok terdapat tiga golongan masyarakat yang terpenting. Tiga golongan ini hidup dan bercocok tanam di tepi sungai Huang-he (Sungai Kuning) dan Chang-jiang (Sungai Yangtse). Tiga golongan masyarakat ini adalah:
1. Masyarakat yang dipimpin oleh Yan-di (emperor Yan) orang Tionghoa juga menamakan beliau “Yan besar”. Golongan masyarakat ini hidup didaerah yang itu waktu disebut Jiang-shu. Sekarang tempat2 ini terkenal sebagai Bao-ji di provinsi Shaan-xi. Golongan masyarakat ini memakai nama dari tempat  mereka lahir, karenanya mereka ini disebut orang2 Jiang atau orang2 Jiang-Yan.. Penemuan2 archeologis membuktikan bahwa orang2 Jian-Yan hidup menurut kebudayaan batu yang chusus bagi mereka sendiri. Kebudayaan Jiang-Yan sangat berbeda dengan kebudayaan golongan masyarakat yang tinggal di pusat Ganshu-Qinghai dan Si-Chuan yang berkembang dalam masa yang bersamaan. Yan-di adalah emperor yang terkenal dengan penemuannya dalam bidang pertanian. Beliau mengajar rakyatnya bagaimana harus menanam gandum, karenanya beliau dinamakan oleh orang2 Tionghoa Shen-nong atau “Dewa pertanian atau Dewa petani.” Yan-Di juga terkenal dengan percobaan2nya dalam obat2 ramuan (Materia Medica) untuk pengobatan bagi orang2 yang sakit. Buku materia Medica yang beliau tulis ternama dengan titel “Shen Nong Ben Cao Jing”.Didalam buku tsb.diuraikan 365 macam obat2an dan merupahkan pharmacopae pertama didunia dan merupahkan handbook para dokter pada jamannya. Sampai sekarang pun buku tersebut masih sering disitir dalam kedokteran Tionghoa (Zhong Cao Yao). Orang2 Jiang-Yan kemudian bergerak menuju ke timur jurusan Shan-dong. Keturunan mereka berpencaran di daerah2 Henan, Hubei, Shandong bahkan sampai Gansu dan Qinghai. Shen-Nong meninggal sewaktu beliau mencobah ramuan2, dimana beliau memakai dirinya sebagai orang percobahan. Kuburan Shen-Nong dapat ditinjau di gunung Tian-Tai.

2. Masyarakat yang dipimpin oleh emperor Huang-Di (dibarat terkenal dengan julukanYellow Emperor). Golongan masyarakat ini asalnya dari Sungai Ji. Penduduknya dapat nama-keluarga Ji. Masyrakat Ji ini daerahnya sebelahan dari masyarakat Jiang-Yan yang tinggal di Shaan-xi. Menurut legenda orang2 Tionghoa Yan-Di dan Huang-Di adalah saudara kandung dan ibunya ialah Fu-Biao. Fubiao adalah selir dari emperor You-Xiong,, beliau adalah emperor dari daerah yang sekarang dikenal sebagi Xinsheng dan Henan. Karena kedua emperor adalah saudara sekandung maka penduduk dari kedua daerah ini dibolehkan saling nikah. Kemudian karena salah paham kedua masyarakat ini berselisih mengenai sebuah daerah, diantara kedua masyarakat ini timbullah peperangan. Dalam peperangan ini masyarakat Jiang-Yan kalah dan kedua masyarakat ini kemudian disatukan dan dipimpin oleh The Yellow Emperor (Huang-Di). Huang-Di dilahirkan didaerah Shou-Qiu, tidak jauh dari Qu-Fu,tempat kelahiran Kong Fu-Zhi (Confucius), filosof Tionghoa yang besar. Karena Huang-Di, (Huang berarti kuning), maka untuk orang Tionghoa warna kuning adalah warna yang suci. Rakyat tidak boleh memakai baju berwarna kuning, warna ini chusus dipakai untuk raja2 Tiongkok. Huang-Di dianggap oleh Rakyat Tiongkok sebagai bapak dari civilization dan kebudayaan Tionghoa. Maka timbullah kata2 ras kuning (orang Tionghoa), dan Sungai Kuning dianggap sebagai sumber dari kebudayaan Tionghoa. Namun penemuan2 dan analyse dari berbagai kultur Neolitis di daerah Qing-Lian Gang di propinsi Jiangsu, Da-Wen-Kou di propinsi Shan-Dong dan Ma-Jia Bang di propinsi Zhe-Jiang menunjukkan bahwa perkembangan dari civilisasi Tionghoa sebetulnya bersumber di berbagai daerah. Daerah2 ini adalah The Yellow River valley, Chang-Jiang River (sungai Yang Tse) Valley dan Zhu-Jiang River (Pearl River) Valley dan lain2. Di-daerah2 yang subur ini karena berlainan lokasinya dan hawa udaranya, maka dalam seluruh periode prehistoris berkembanglah berbagi-bagi kultur dan norma2 hidup.
3. Masyarakat yang dipimpin oleh Chi-You, golongan masyarakat ini bergerak ke central China dan didaerah Hebei, mereka sering berperang dengan koalisi dari tentara Jiang-yan dan Huang-Di. Tentara koalisi ini dipimpin oleh The Yellow Emperor.  Legenda mengatakan bahwa Chi-You dan rakyatnya menyerbu Shan-dong dan berperang dengan masyarakat yang dipimpin oleh Yan-Di, dan kemudian Yan-Di mundur keberbatasan dengan Huang-Di. Huang-Di membantu saudaranya dan ber-sama2 memukul tentara Chi-You. Mereka menundukkan Chi-You di daerah Zhuo-Lu, satu daerah yang sekarang dikenal antara kota Beijing dan Zhang-Jia Kou di barat-utara Tiongkok, propinsi Hebei. Chi-You melarikan diri ke selatan. Sesudah peperangan ini terjadilah konflict antara dua saudara Yan dan Huang. Yan-Di dikalahkan dalam peparangan ini dan melarikan diri ke selatan, rakyatnya yang tetap tinggal di utara, bercampur dengan rakyat dari Huang-Di dan juga dengan rakyatnya Chi-You. Maka ketiga masyarakat ini disatukan dibawa pipimnan Huang-Di. Masyarakat ini kemudian bermigrasi ke central China dan menamakan dirinya bangsa Hua, nenek moyang dari bangsa Han. Rakyat yang disatukan ini kemudian berkembang biak di Central China dan terkenal dengan masyarakat Hua-Xia dan pemerintahnya dinamakan dinasti Xia. Emperor dari Xia dinasti ini adalah Yu The Great (Yu Besar) yang menurut sejarah Tiongkok adalah keturunan dari Huang-Di.


Dimasa pimpinan Huang-Di pertanian berkembang sangat pesat demikian pula dengan pekerjaan tangan. Huang-Di perkembangkan bahasa dan tulisan Tionghoa yang sebelonnya sudah ada namun masih belon berkembang. Menurut analisa sekarang tulisan karakter Tionghoa adalah kreasi dari Cang-Jie, seorang intellectual yang hidup dijaman Huang-Di. Menurut pandangan saya kenapa dikatakan Huang-di yang menemukan tulisan karakter2 Tionghoa karena orang2 Tionghoa biasanya sangat modest dan tidak ingin menonjolkan kepandaiannya. Mitsalnya Meng Zhi (Mencius), Xun Zhi (filosof bukan ahli perang) filosof2 yang besar yang telah memperkembangkan falsafat Confucius mengatakan bahwa falasafanya adalah confucianisme. Demikian pula dengan Lao Zhi dan Zhuang Zhi, Zhuang Zhi yang briljan itu meperkembangkan Daoisme mengatakan bahwa fasafanya adalah daoisme. Lain halnya dengan filosof2 Barat meskipun Plato adalah muridnya Socrates dan beliau menulis apa yang dikatakan oleh Socrates, karena Socrates sendiri tidak menulis, toh filosofinya adalah platonisme. Demikian pula dengan Aristoteles, muridnya Plato dan bahkan berkumpul dengan Plato kira dua puluh tahon lamanya tidak menyebut karyanya sebagai socratesisme atau platonisme tetapi pakai namanya sendiri. Memang harus diakui bahwa Plato telah memperkembangkan falsafatnya Socrates, demikian pula dengan Aristoteles yang memperkebangkan falsafanya Plato.


Juga kedokteran berkembang dengan cepat dimasa Huang-Di, diwaktu itu hidup dua ahli kedokteran Tionghoa yang terkenal ialah:  Qi-Bo dan Lei-Gong. Huang-Di sendiri adalah seorang ahli kedokteran dijamanya, kita kenal buku yang di edit oleh Huang-Di: Huang-Di Nei-Jing, suatu tulisan kedokteran klassik Tionghoa. Dalam buku ini dapat orang mempelajari penyakit, prevention, diagnostiek dan pengobatannya, dari materia medica, acupunctur, massage, Qigong sampai sexualitas. Huang-Di mengumpulkan ahli2 kedokteran yang ternama diseluruh negeri dan beliau bertanya jawab (semacam symposium pada jaman modern)dengan dokter2 tersebut, lalu secretarisnya mencatat semua tanya jawab itu. Demikian pula beliau mengadakan symposium mengenai sexualitas yang merupahkan tanya jawab antara para wanita dan Huang-Di. Dengan demikian Huang-Di adalah orang pertama yang menulis sexualitas secara ilmiah pada jamannya, dan yang penting pula dilihat dari sudut wanita.. Buku ini sampai sekarang dipakai untuk mahasiswa2 di fakultas kedokteran Tionghoa, baik di daratan Tiongkok maupun di-Taiwan. Saya kira buku2 Huang-Di Nei-Jing, Shen-Nong Ben Cao-Jing tidak ditulis pada masa hidupnya oleh kedua emperor, namun pikiran2nya di deteruskan turun menurun, baru2 kira2 600 tahon sebelon masehi dituliskan menjadi buku. Dijaman Huang-di banyak penemuan2 baru seperti kapal laut dengan alat tujuan yang senantiasa menuju ke utara, dan alat ini merupahkan precursor dari kompas. Istri dari Huang-Di, Lei-Zhu memperkembangkan penenunan sutra dan beliau dianggap sebagai ibu suri yang menemukan cultuur ulat sutra. Orang Tionghoa pada masa itu menjulukkan Lei-Zhu Dewi Sutra. Sejarah Tiongkok mengatakan bahwa economi, cultuur dan civilisasi meningkat dengan pesatnya, dimana masyrakat primitif meningkat mernjadi masyarakat yang berklas. Keturunan2 Huang-Di ialah Shao-Hao, anaknya Huang-Di dan kuburannya berada di kota Qu-Fu di Shandong, tempat kelahiran Confucius. Yao generasi kelima dari huang-Di, emperor yang ibu kotanya berada di Peng-Yang sekarang Lin-Feng in propinsi Shanxi. Shun, adalah generasi ke sembilan dari Huang-Di dan orang2 Tionghoa mendirikan satu tempel untuk menghormatinya. Tempel itu terletak di Shun-Wang selatan timur dari Shao-Xing. Yao dan Shun adalah emperor2 yang sangat bijaksana dalam sejarah Tiongkok dan banyak disitir oleh Confucius kebijaksanaannya. Sampai sekarang kedua figur Yan-Di dan Huang-Di masih dihormati oleh orang Tionghoa yang dianggap sebagai ayah dari bangsa Tionghoa. Setiap tahon banyak pengunjung2 Huayi (keturunan Tionghoa yang telah mendapatkan warga negara dimana mereka tinggal) dan Hua Chiao (keturunan Tionghoa yang hidup diluar negeri, tetapi  masih memegang paspor Tiongkok) dari luar negeri yang mengunjungi kuburannya di Mount Tian-Tai, untuk menghormat mereka sebagai nenek moyang legendaris dari bangsa Tionghoa. Saya berpendapat dari literatur2 yang saya baca Huang-Di lebih ternama dari Yan-Di. Rakyat Hua menganggap bahwa mereka hidup ditengah-tengah (Zhong, Hokkian dibaca Tiong) dari dunia, maka mereka menamakan bangsanya Tionghoa (mandarin Zhonghua atau bangsa Central Hua) atau sekarang disingkat Hua-Ren. Tiongkok (Zhongguo) berarti negara yang letaknya di-tengah2 dunia, dan rakyatnya disamping Hua Ren (Orang Hua) disebut juga Zhongguo Ren (orang Tiongkok).
China dinamakan oleh regime Guo Ming Dang “ Zhong Hua Ming Guo” (Republik Zhung Hua) dan oleh regime Gong Chang Dang “Zhong Hua Ren Ming Gong He Guo” (Republik Rakyat Zhong Hua). Kedua2nya memakai kata2 Zhong Hua (Tionghoa) untuk mengistilahkan China. Disini dapat kita tinjau begitu pentingnya perkataan Zhong Hua bagi rakyat Tiongkok. Sekarang semua rakyat Tiongkok tidak melihat etnisnya, mayoritas atau minoritas disebut Hua ren dan bahasa mandarin disebut Hua-Yu (Yu berarti bahasa) atau Han-Yu.
Asal usul China (Cina) berasal dari Barat yang menghubungkan orang Tionghoa dengan emperor Chin (Qin) yang telah mempersatukan Tiongkok jaman The Warring States. Setelah mempersatukan Negara Tiongkok, dinasti Qin hanya memerintah antara 221-206 sebelon Masehi. Emperor Qin memerintah negara Tiongkok dengan kejam, beliau membakar buku2 filosof2 ternama Tiongkok dan membunuh intelectual2 ternama. China adalah negara Tiongkok yang dihubungkan dengan emperor Qin (Orang Ingeris menulisnya dengan Chin) dan orang Tionghoa di sebut Chinese.
Saya menulis artikel2 ini agar anak2 mudah Huayi (keturunan Tionghoa) bisa mengenal identitasnya, karena saya anggap mengenal identitas itu penting bagi integrasi orang2 Tionghoa  ke masyarakat dimana mereka tinggal. Menbangun rumah memerlukan fondasi yang kuat dan untuk integrasi juga membutuhkan fondasi, karena bila kita mengetahui identitas kita maka kita menjadi warga negara yang sadar dan tidak sampai menuju ke extremitas atau menderita crisis identitas.

Dr. Han Hwie Song
Breda ( Nederland), 12-10-2001

Curahan hati atas perkembangan yang terjadi selama ini

Paham Ru Jiao untuk semua manusia tidak hanya untuk sesama umat khonghucu, jangan sampai ada faham merasakan diri paling benar, paling khonghucu dan murni serta kokati, sikap garang pada umat lain bukan ciri kaum konfucian, seandainya kita berpegang pada asas pengembangan renxing maka sebenarnya siapa saja yang mengembangkan xingnya ia adalah Ru.
 Bumi selalu berubah tiada henti dari detik ke-menit, menit ke-jam, dari jam ke-hari dan berubah terus tiada hentinya, perubahan-perubahan yang terjadi dari masa-kemasa, tumbuhan akan semakin besar, satwa terus berpopulasi semakin besar, manusia akan semakin dewasa dan matang dalam segala tindakan, demikian juga berubah mengikuti waktu.
Realitanya  sebagian kecil kalangan Tionghoa yang paham, sementara sisanya duduk karena ada misi tertentu kepada kalangan Tionghoa dan bukan memperjuangkan hak identitas budaya kalangan Tionghoa itu. Keracunan ini sudah mencapai tingkat akut, sehingga bagaikan benang kusut, sudah sulit diurai. Hanya dengan pendidikan dan pemahaman yang benar baru unsur perekat itu dapat ditemukan kembali. Ajaran KHONGHUCU yang menjadi perekat pandangan hidup Tionghoa saja, sudah DIKLAIM seakan hanya menjadi satu agama yang artinya kalau umat lain mau mempelajarinya, dia akan dituduh sinkretisme.
yang menjadi pertanyaan apakah sinkretisme ini Sesat { dalam hal menjalani kebudayaan dan tradisi Tionghoa yang bersifat positif ) ?    
inilah keprihatinan mendalam yang mendorong setiap orang yang "inti keras" untuk berjuang. Sayangnya seperti saya sebut di awal, inti keras ini pun sebenarnya tidak semuanya memahami. Banyak yang menjadi pelarian baru meskipun ngakunya "penjaga budaya". Saya melihat sejumlah organisasi tao dan ji (dao dan ru, meskipun ada sebagian kecil yang tidak terdistorsi; termasuk juga sebagian kecil sekali budha yang tiongkok) juga ikut mengacaukan dengan "melakukan penyama-nyamaan dengan definisi agama samawi" sehingga mengacaukan pemahaman dari sistem kepercayaan Tionghoa.


paham Ru(儒)  maka kata Jiao selain berarti agama atau tuntunan hidup, maka jiao bermakna pendidikan. , esensi kata pendidikan adalah tranformasi maksudnya suatu system yang memungkinkan perubahan dari manusia duniawi menjadi manusisailahiah yang memiliki akhlah terbaik atau shan(善). Pembangunan manusia itu seyogiayanya menyeluruh menvcakup badannya dan juga jiwanya yakni Ren(仁) kemanusiaan , Zhi (智)inteletensia, Li(礼) spiritualitas ,Yi (义)rasa kebenaran dan keadilanl, xin(信) ketulusan jiwa dan Yong (勇) keberanian social , dengan perkataan lain maka keberagaman dalam faham Ru Jiao adalah aktualisasi kemanusiaan , xing (性) adalah interface antara kemanusiaan dan ketuhanan, xing inilah sebenarnya yang 2500 tahun kemudian di kemukakan sebagai spiritual qluotient atau kecerdasan spiritual lebih tepat the utimateinteligelnt, suatu god spot, orang hua(华人)

Watak Sejati

Air secara alami selalu
mengalir dari tempat
yang tinggi ke tempat yang
lebih rendah, tidak pernah
air secara alami mengalir
dari tempat yang rendah
ke tempat yang lebih tinggi, demikianlah sifat atau karakter atau watak sejati dari air.

Hewan hidup menggunakan
nalurinya, dengan
demikian hewan mempunyai
naluri yang lebih peka dibanding manusia pada umumnya,
hewan mengawini saudara atau orang tua adalah hal yang biasa
karena hewan hanya mengikuti dorongan nalurinya, hewan tidak
pernah hidup berbeda dengan nalurinya, naluri sebagai daya hidup
jasmani atau sebagai daya untuk mempertahankan hidup,
demikianlah naluri sebagai watak sejati hewan.
Manusia adalah mahluk yang paling mulia diantara mahluk-
mahluk hidup yang lain, karena manusia memiliki prasarana
yang paling lengkap diantara mahluk hidup yang lain. Dikatakan
paling lengkap, karena manusia selain memiliki naluri dan nafsu,
juga memiliki kecerdasan, dan yang terutama, manusia juga beroleh
Watak Sejati atau Xing (性) .
Diantara watak sejati-watak sejati yang ada, hanya manusia
yang mendapat watak sejati yang bersih, indah, mulia. Watak
Sejati manusia  merupakan gambaran Kebajikan Tian yang gilang gemilang yang dipancarkan, yang ada
di dalam diri manusia kemudian menjadi benih-benih kebajikan,
hakekat kemanusiaan, yaitu benih-benih perasaan Cinta Kasih
atau Ren (仁), rasa Kebenaran/Keadilan atau Yi (义), sifat Susila
atau Li (礼), dan sifat Bijaksana atau Zhi(智).
Dikatakan benih-benih kebajikan, karena sifat-sifat Watak
Sejati tadi masih bersifat pasif di dalam diri manusia, yang akan
menjadi aktif dan dapat menjadi penuntun hidup manusia ketika
watak sejati tersebut dijaga agar tak ternoda atau tertutup oleh
nafsu-nafsu yang tidak pada tempatnya, dijaga, dipelihara, dipupuk,
dikembangkan dan akhirnya disempurnakan melalui
pengamalan dalam tindakan dan perilaku berkebajikan dalam kehidupan
ini.