第十六章
子曰:鬼神之為德,其盛矣乎。
視之而弗見;聽之而弗聞;體物而不可遺。
使天下之人,齊明盛服,以承祭祀。洋洋乎,如在其上,如在其左右。
詩曰:『神之格思,不可度思,矧可射思?』
夫微之顯。誠之不可揜,如此夫。.
banyak pertanyaan yang soal ini :
Kalau dalam konteks ini,
guishen adalah energi alam, di mana gui bersifat yin dan shen bersifat
yang. Dalam pemaknaan berbeda (misalnya dalam arti penghormatan
sebagaimana misalnya ada dalam penjabaran mengenai masalah menjilat
guishen yang tidak pas), maka guishen yang dimaksud adalah "roh"
leluhur. Lebih lanjut, dalam Li Ji, penjabaran Guishen ada dalam konteks
"yin yang" yang berasal dari leluhur yang kemudian membentuk kita
sebagai manusia.
guishen adalah 2 qi,
gui sebagai qi bersifat yin, shen sebagai qi bersifat yang.... alias
yin-yang seperti ini
視之而弗見,聽之而弗聞,體物而不可遺。鬼神無形與聲,然物之終始,莫非陰陽合散之所為,是其為物之體,而物所不能遺也。其言體物,猶易所謂幹事
Dalam konsep Ru, manusia (dan
semua makhluk hidup lainnya) memiliki gui dan shen. Masing-masing
memiliki sifat seperti dituliskan di atas. Gui berkembang menjadi Po
(tubuh-daging-darah, fisik), shen menjadi qi (dalam pengertian
kesadaran, pemahaman, atau dalam literatur kadang disebut hun, ling).
Karena guishen seorang manusia itu merupakan perwujudan gui dan shen
dari orang tuanya, maka ketika melakukan sembahyang, dipercayai bahwa
yang bisa diterima oleh almarhum hanya sembahyang yang dilakukan oleh
keturunannya "sedarah" (yang belakangan juga mencakup mislanya kalau ada
anak angkat dikarenakan "irama" shennya sudah sama. Itulah kenapa
dikatakan bahwa menyembah guishen "yang lain" adalah tidak patut
(menjilat)
banyak sekarang ini yang mencampurkan buku2 dari agama
rakyat (minjian) dengan pemahaman dari kalangan Ru. Kenapa gui di
kalangan rakyat ditakuti? karena pengaruh kisah surga dan neraka yang
muncul dari kalangan budhisme. Saya belum pernah tahu dan membaca giok lek
(tidak jelas kapan terbit, siapa yang mempropose dan dari mana buku itu
berasal), namun dari penggunaan kata surga saja sudah menunjukkan
pengaruh dari luar. Gui dalam pemahaman Ru itu (tanpa dipasangkan
dengans hen) adalah "sisa" dari po yang bersifat negatif. Gui terikat
dengan Po dikarenakan Po itu melapuk (decay) di kuburan. Gui sifatnya
yin jadi melekat dengan bumi, tinggal di sekitar po. Dari situlah muncul
kisah-kisah tentang "hantu" dan mengapa gui yang tidak punya penerus
(yang menyembahyanginya) akan mengalami ketidakseimbangan energi
sehingga menimbulkan efek akumulasi energi negatif. Dalam kepercayaan
rakyat, gui yang seperti ini akan menimbulkan hawa yang "jahat" sehingga
harus ditenangkan kembali. Dalam Ru, keyakinan sepertti ini sudah
dinetralisir dengan menyelenggarakan sembahyang hopeng di bulan 7.
Masalahnya, kalangan yang lebih tahyulis kemudian menggembar-gemborkan
masalah gui ini sebagai setan kelaparan, sehingga muncul versi yulanben
(ulambana) sebagai sembahyang setan kelapanan (makanya disebut hungry
ghost festival). Ini adalah bentuk kesengajaan yang pada satu sisi
dimanfaatkan oleh banyak kalangan untuk mendorong penerimaan mereka
dengan cepat dengan menawarkan tahyulisme dan meminta "berdana untuk
menenteramkan arwah" (komersialisasi, dengan entah itu pohon uang dll)
dan juga kalangan banyak kalangan barat untuk mendiskreditkan kepercayaan dasar
Tionghoa. Kalangan Ru sudah lama mengantisipasi ini, sayangnya karena
pemahaman yang gak benar dan bahkan diperkuat dengan pernyataan
orang-orang yang ngaku Pengajar religion/tokoh Agamawan ini , sehingga makna gui yang
sudah diluruskan menjadi buyar. Buktinya misalnya kenapa dalam upacara
qingming malah menyelenggarakan sembahyang Tian
di Kuburan. Ini jelas keliru. Hal Serupa juga terjadi dalam sembahyang
Jing Heping, kenapa sembahyangnya sembahyang Tian? Mestinya sembahyang
Di, karena gui itu simbolisasi Yin dan penguasanya dalam sanyuan adalah
unsur Diguan.
hasil diskusi :Denny Tan & S m