Senin, 27 Februari 2012

Catatan mengenai prihal guishen

第十六章

子曰:鬼神之為德,其盛矣乎。

視之而弗見;聽之而弗聞;體物而不可遺。

使天下之人,齊明盛服,以承祭祀。洋洋乎,如在其上,如在其左右

詩曰:『神之格思,不可度思,矧可射思?』

夫微之顯。誠之不可揜,如此夫。.
banyak pertanyaan yang soal ini :
 
  Kalau dalam konteks ini, guishen adalah energi alam, di mana gui bersifat yin dan shen bersifat yang. Dalam pemaknaan berbeda (misalnya dalam arti penghormatan sebagaimana misalnya ada dalam penjabaran mengenai masalah menjilat guishen yang tidak pas), maka guishen yang dimaksud adalah "roh" leluhur. Lebih lanjut, dalam Li Ji, penjabaran Guishen ada dalam konteks "yin yang" yang berasal dari leluhur yang kemudian membentuk kita sebagai manusia.
 guishen adalah 2 qi, gui sebagai qi bersifat yin, shen sebagai qi bersifat yang.... alias yin-yang seperti ini 
 視之而弗見,聽之而弗聞,體物而不可遺。鬼神無形與聲,然物之終始,莫非陰陽合散之所為,是其為物之體,而物所不能遺也。其言體物,猶易所謂幹事
 Dalam konsep Ru, manusia (dan semua makhluk hidup lainnya) memiliki gui dan shen. Masing-masing memiliki sifat seperti dituliskan di atas. Gui berkembang menjadi Po (tubuh-daging-darah, fisik), shen menjadi qi (dalam pengertian kesadaran, pemahaman, atau dalam literatur kadang disebut hun, ling). Karena guishen seorang manusia itu merupakan perwujudan gui dan shen dari orang tuanya, maka ketika melakukan sembahyang, dipercayai bahwa yang bisa diterima oleh almarhum hanya sembahyang yang dilakukan oleh keturunannya "sedarah" (yang belakangan juga mencakup mislanya kalau ada anak angkat dikarenakan "irama" shennya sudah sama. Itulah kenapa dikatakan bahwa menyembah guishen "yang lain" adalah tidak patut (menjilat)
banyak sekarang ini yang mencampurkan buku2 dari agama rakyat (minjian) dengan pemahaman dari kalangan Ru. Kenapa gui di kalangan rakyat ditakuti? karena pengaruh kisah surga dan neraka yang muncul dari kalangan budhisme. Saya belum pernah tahu dan membaca giok lek (tidak jelas kapan terbit, siapa yang mempropose dan dari mana buku itu berasal), namun dari penggunaan kata surga saja sudah menunjukkan pengaruh dari luar. Gui dalam pemahaman Ru itu (tanpa dipasangkan dengans hen) adalah "sisa" dari po yang bersifat negatif. Gui terikat dengan Po dikarenakan Po itu melapuk (decay) di kuburan. Gui sifatnya yin jadi melekat dengan bumi, tinggal di sekitar po. Dari situlah muncul kisah-kisah tentang "hantu" dan mengapa gui yang tidak punya penerus (yang menyembahyanginya) akan mengalami ketidakseimbangan energi sehingga menimbulkan efek akumulasi energi negatif. Dalam kepercayaan rakyat, gui yang seperti ini akan menimbulkan hawa yang "jahat" sehingga harus ditenangkan kembali. Dalam Ru, keyakinan sepertti ini sudah dinetralisir dengan menyelenggarakan sembahyang hopeng di bulan 7.
Masalahnya, kalangan yang lebih tahyulis kemudian menggembar-gemborkan masalah gui ini sebagai setan kelaparan, sehingga muncul versi yulanben (ulambana) sebagai sembahyang setan kelapanan (makanya disebut hungry ghost festival). Ini adalah bentuk kesengajaan yang pada satu sisi dimanfaatkan oleh banyak kalangan  untuk mendorong penerimaan mereka dengan cepat dengan menawarkan tahyulisme dan meminta "berdana untuk menenteramkan arwah" (komersialisasi, dengan entah itu pohon uang dll) dan juga kalangan banyak kalangan barat untuk mendiskreditkan kepercayaan dasar Tionghoa. Kalangan Ru sudah lama mengantisipasi ini, sayangnya karena pemahaman yang gak benar dan bahkan diperkuat dengan pernyataan orang-orang yang ngaku Pengajar religion/tokoh Agamawan ini , sehingga makna gui yang sudah diluruskan menjadi buyar. Buktinya misalnya kenapa dalam upacara qingming   malah menyelenggarakan sembahyang Tian di Kuburan. Ini jelas keliru. Hal Serupa juga terjadi dalam sembahyang Jing Heping, kenapa sembahyangnya sembahyang Tian? Mestinya sembahyang Di, karena gui itu simbolisasi Yin dan penguasanya dalam sanyuan adalah unsur Diguan.
hasil diskusi :Denny Tan & S m