Jumat, 24 Agustus 2012

Setia & Satria




Pada masa Negara Berperang, China terbagi dalam 6 negara, Negara Chin menyerang negara Wei, Raja negara Wei terbunuh, semua pendukung Raja Wei dibunuh, hanya tersisa seorang putra dari Raja Wei yang berhasil melarikan diri. Karena tentara tak berhasil menemukannya, maka Raja Chin segera mengumumkan kepada seluruh rakyat Wei , “Bagi yang menemukan Putra Ra
ja Wei, maka akan dihadiahkan 1000 keping emas, jika ada yang menyembunyikan Putra Mahkota dan tidak melaporkan, maka akan dihukum mati, bahkan 10 macam kerabatnya juga akan dibabat habis.”Pada saat diserang, Ibu Pengasuh dari Putra Mahkota berhasil membawa Putra Mahkota melarikan diri. Ada orang yang berkata kepadanya, “Kamu seharusnya tahu dimana persembunyian Putra Mahkota. Sekarang hadiah dari Raja Chin amat banyak, kamu katakan saja keberadaan Putra Mahkota.Ibu Pengasuh dengan marah menjawab, “Saya mana tahu keberadaan Putra Mahkota, jikalau tahu pun, saya tidak akan mengatakannya. Mati ya mati, saya takut apa? saya bertanggung jawab memelihara seorang anak, menyembunyikannya supaya dia bisa hidup, malah memberitahukan keberadaannya, ini disebut telah berdosa kepada atasan, hanya karena tamak dan takut mati, saya dengar seorang yang setia tidak akan berkhianat kepada atasannya, juga tidak takut mati, tugas dan tanggung jawab saya memelihara seorang anak adalah supaya dia bisa tumbuh besar, bukan supaya dia mati. Tidak boleh karena hari ini saya ingin harta kekayaan, melepaskan sifat satria dan setia saya. Berkhianat kepada Raja. Saya pasti tidak karena sayang nyawa sendiri, lalu membawa kematian kepada Putra Mahkota.” Satu ucapan ini membuat semua orang-orang yang mendengarnya amat tergugah.Lalu Ibu Pengasuh selalu membawa Putra Mahkota bersembunyi dimana-mana, sampai lari pada suatu daerah bernama Hu Pien, akhirnya berhasil ditemukan oleh tentara Chin. Para Tentara dengan Pedang membunuhnya. Sewaktu tentara mau menusukkan pedangnya, Ibu pengasuh itu dengan penuh keberanian dan sifat satria, setianya pada Putra Mahkota, dengan badannya melindungi Putra Mahkota, sampai ditusuk 12 x, tidak ada satu tusukan pun yang masuk kearah Putra Mahkota.Walaupun Raja Chin amat ganas, namun melihat Ibu Pengasuh Putra Mahkota yang sifat Satria & Setianya begitu baik, pengorbanan yang penuh menggugah hati, bukan saja 100% hormat kepadanya, juga melaksanakan upacara pemakaman yang penuh penghormatan kepadanya, juga mengangkat abang dari Ibu Pengasuh tersebut sebagai pejabat negara sebagai balasan atas kesalahannya terhadap Ibu Pengasuh yang Setia tersebut. Makanya coba kita pikirkan, seorang yang tidak berpendidikan, memiliki sifat satria dan setia yang begitu tinggi, makanya, bagi kita yang belajar Buku Para Suci, mana boleh tidak bisa dibandingkan dengan seorang Ibu Pengasuh.

Setia & Satria Dilakukan Dengan Baik 

Su U mendapat titah kaisar Han sebagai Duta di negara Barbar. Sesampainya dia disana, kepala suku Barbar memintanya untuk menyerah kepada negara Barbar. Pada saat itu Su U tidak setuju, bahkan mengeluarkan pedangnya dan bunuh diri. Dia tidak mati, dan ketika terbangun, dia melihat dirinya telah masuk kedalam sebuah penjara yang amat gelap dan dingin. Makanan sehari-harinya adalah es yang ada di dalam penjara dan hiasan bulu dari pedangnya. Setelah melewati puluhan hari, masih tidak mati. Para Barbar merasa amat heran lalu melepaskan dan meminta Su U ke daerah Bei Hai yang tidak berpenghuni dan memintanya untuk mengembalai kambing. Dia harus menunggu hingga kambing yang dipeliharanya keluar susu baru boleh pulang kembali ke negaranya. Namun kambing yang dipilih adalah kambing jantan, mana mungkin akan keluar susunya. Sesampainya dia di Bei Hai juga tidak melihat ada orang yang mengantarkan makanan untuknya. Karena itu dia terpaksa mengolah rumput-rumputan untuk di makan. Tangannya selalu memegang titah kaisar Han. Di tempat yang amat dingin, bersalju dan angin kencang, dengan berani dan tak ingin menyerah. Melewati masa 6 tahun.Suatu ketika berjumpa dengan saudara kepala suku Barbar yang sedang berburu melewati daerah tersebut. Saudara kepala suku itu melihat Su U demikian hebat dan amat menghormatinya. Dia menyerahkan makanan dan pakaian padanya.
Akhirnya, Dinasti Han berganti penguasa, yakni kaisar Han Cau Ti. Negara Barbar dan negara Han bersahabat, Kaisar yang telah mendengar kisah Su U, mengambil kesempatan ini untuk memarahi kepala suku Barbar. Kepala suku segera menyerahkan Su U pada negara Han. Saat itu Su U telah ditahan selama 20 tahun. Kaisar mengangkatnya kembali menjadi pejabat tinggi dan memberikan harta yang berlimpah. Namun Su U tidak mau menerimanya dan menyerahkan semua hartanya pada adiknya, keluarganya, temannya. Sama sekali tidak mau menerimanya. Beliau hidup sampai usia 80 tahun.
Melihat Su U yang di penjarakan, di asingkan di daerah Bei Hai yang dingin bersalju, tidak ada makanan dan pakaian, namun hatinya tetap terpelihara jiwa satria yang amat besar, sungguh kesulitan yang dihadapinya sedikitpun tidak menggoyahkan hatinya. Sifat satria ini tiada duanya.


  
CU TI Yang Setia Pada Negara

Dulu dimasa dinasti Cing, ada seorang yang bernama Cu Ti. Beliau adalah orang Fan Yang (Propinsi He Bei, Kota Ting Sing). Sangat setia, satria dan pemberani. Karena masih muda dan berbakat, sehingga diangkat sebagai pejabat negara. Pada tengah malam, ayam jantan menjerit membangunkannya, dia selalu berkata, “Ini bukanlah hal yang buruk.” Setelah bangun, maka dia segera berlatih pedang. Sehingga jurus pedangnya dilatih menjadi amat baik. Sejak itu, asalkan mendengarkan jeritan ayam, dia segera bangun dan berlatih pedang. Tujuannya agar dapat digunakan untuk membela negara. Pada masa Kaisar Yen Ti, Cu Ti memohon untuk membawa tentara ke utara merebut kembali tanah yang telah direbut bangsa asing. Kaisar Yen Ti mengangkatnya menjadi Panglima Perang. Setiap kali membawa tentara melewati perbatasan, pasti dia akan membawa alat dayung dan memukuli air sungai tersebut dan berkata, “Saya Cu Ti, jikalau tidak berhasil menghalau musuh, merebut kembali tanah kita, maka saya akan seperti air ini, pergi dan tak akan kembali lagi. Para tentara mendengar semangatnya amat tergugah, semuanya berjuang mati-matian. Akhirnya berhasil mengalahkan para musuh, dan berhasil merebut kembali tanah yang telah diambil musuh.