Jumat, 27 Januari 2012

Perayaan Musim Semi (Imlek) 春节








春节是农历的正(zhēng)月初一,是中国的农历新年。在中国的传统节日中,这是一个最重要、最热闹的节日。因为过农历新年的时候,正是冬末春初,所以人们把这个节日叫“春节”。

Perayaan Imlek yang disebut juga tahun baru China dirayakan pada tanggal 1 bulan pertama penanggalan tahun China. Perayaan Imlek merupakan perayaan yang paling penting dan paling meriah di dalam perayaan tradisional China. Selain itu, perayaan Imlek dinamai Perayaan Musim Semi karena perayaan ini bertepatan dengan berakhirnya musim dingin dan berawalnya musim semi.
中国人过春节有很多传统习俗。从腊月二十三起,人们就开始准备过年了。在这段时间里,家家户户要大扫除,买年货,贴窗花,挂年画,写春联,蒸年糕,做好各种食品,准备辞旧迎新。
Dalam merayakan Imlek orang China mengikuti banyak tradisi. Penyiapan perayaan Imlek dimulai pada tanggal 23 bulan keduabelas tahun penanggalan China, setiap keluarga harus membersihkan rumahnya, membeli barang-barang keperluan perayaan Imlek, menempelkan hiasan di jendela, menggantungkan lukisan pada dinding, menulis pantun musim semi, membuat kue tahun baru dan berbagai jenis makanan, menyiapkan segalanya untuk memasuki tahun yang baru.
春节的前夜叫“除夕”。除夕之夜,是家人团聚的时候。一家人围坐在一起,吃一顿丰盛的年夜饭,说说笑笑,直到天亮,这叫守岁。除夕零点的钟声一响, 人们还要吃饺子。古时候称23点到凌晨1点为“子时”,24点也就是零点叫“子正”,除夕的“子正”是新旧年交替的时候,人们在这时吃饺子,是取“更岁交 子”的意思。这也是“饺子”名称的由来。
Malam Imlek di China dinamai “Chuxi”. Malam Imlek ini merupakan malam berkumpulnya anggota keluarga. Mereka duduk bersama dan menikmati makan malam yang berlimpah. Mereka sambil bercanda sambil berbincang-bincang hingga fajar tiba. Tradisi ini disebut Shousui. Pada saat lonceng tengah malam berbunyi, orang-orang harus memakan Jiaozi (sejenis pangsit rebus di China). Pada zaman dahulu, jam 11 malam hingga jam 1 pagi dinamai istilah zishi , sedangkan tepat tengah malam, atau jam 12 malam dinamai istilah zizheng. Zizheng pada malam Imlek adalah waktu berakhirnya tahun yang lama dan berawalnya tahun yang baru, karena itu pada saat ini orang-orang akan memakan Jiaozi karena di dalam bahasa China ia memiliki arti menggantikan tahun yang lama dengan tahun yang baru (gengsui jiaozi), inilah asal muasal istilah penamaan makanan Jiaozi di China.
过了除夕就是大年初一。从初一开始,人们要走亲戚、看朋友,互相拜年。拜年,是春节的重要习俗。拜年时,大家都要说一些祝愿幸福、健康的吉祥话。
Sesudah malam Imlek sampailah tanggal pertama tahun baru. Sejak hari ini orang-orang akan berkunjung ke rumah sanak saudara atau teman-teman untuk mengucapkan selamat tahun baru yang disebut Bainian. Bainian merupakan tradisi yang sangat penting pada saat tahun baru Imlek. Ucapan selamat serta harapan untuk kebahagiaan, kesehatan, dan sebagainya biasanya disampaikan pada kunjungan Bainian ini.
放爆竹是春节期间孩子们最喜欢的活动。传说燃放爆竹可以驱妖除魔,所以每年从除夕之夜起,到处就响起了接连不断的爆竹声。阵阵烟花,声声爆竹,给节日增添了喜庆的气氛。
Bermain petasan adalah kegiataan yang paling disukai anak-anak pada masa tahun baru Imlek. Menurut legenda yang beredar di masyarakat, petasan dapat digunakan untuk mengusir roh-roh jahat, karena itu setiap tahun dimulai dari malam Imlek, orang-orang akan menyalakan petasan secara terus menerus. Bunyi petasan bersama indahnya bunga api akan menambah kemeriahan suasana Imlek.
春节期间,很多地方还要举办庙会。庙会上精彩的舞龙舞狮表演,各式各样的工艺品和地方小吃,吸引千千万万欢度佳节的人们。
Pada perayaan Imlek, di banyak daerah di China akan diadakan pekan raya kuil. Di pekan raya kuil akan dipertontonkan pertunjukan barongsai yang meriah, selain itu juga ada berbagai macam barang kesenian dan makanan kecil yang menarik beribu-ribu orang untuk datang merayakan perayaan Imlek bersama.
尽管近几十年来的习俗有了很大变化,但是在中国和世界各地华夏子孙的心中,春节永远是最重要的节日,而鞭炮和饺子则是这个节日中最重要的两个元素。
Walaupun tradisi-tradisi pada beberapa puluh tahun terakhir ini sudah mengalami perubahan yang besar, tetapi perayaan tahun baru Imlek selalu merupakan perayaan yang paling penting bagi rakyat China dan orang Tionghoa di seluruh dunia, sedangkan kegiatan bermain petasan dan makan Jiaozi merupakan dua kegiatan penting dalam hari raya ini.

Shandong 山东



 
山东
Shandong
山东,古代为齐鲁之地,位于中国东部沿海,黄河下游,中国大陆东部的南北交通要道,京杭大运河在境内自东南向西北纵贯鲁西平原,省会济南。山东锦绣壮美,资源丰富,历史悠久,名人辈出。山东农业发达,工业体系完备,国民经济位于全国前列,是中国经济最发达的省份之一。
Wilayah Provinsi Shandong adalah tanah Kerajaan Qi dan Kerajaan Lu pada zaman kuno. Shandong berada di kawasan pesisir timur Tiongkok, bagian hilir Sungai Kuning, dan merupakan jalur penting dalam perhubungan Tiongkok Timur. Kanal Jinghang mengalir lewat wilayah Shandong, menelusuri Dataran Lu Barat dari arah tenggara ke barat utara. Ibu kota provinsinya adalah Jinan. Shandong memiliki pemandangan indah permai dan sumber daya alam yang kaya. Dalam sejarah yang panjang, di sini bermunculan tokoh-tokoh ternama. Shandong termasuk salah satu provinsi termaju di Tiongkok, dengan sistem pertanian yang maju, sistem perindustrian yang lengkap, dan GDP yang tinggi.

  http://indonesian.chinese.cn/chineseculture/article/2011-11/01/content_370058.htm

Hutan Marga Kong 孔林



 
孔林
Hutan Marga Kong
孔林位于曲阜城北2公里处,是孔子及其家族的墓地,是我国规模最大、持续年代最长、保存最完整的氏族墓葬群和人工园林。院内古木参天,碑碣林立,各种墓碑、题记4000余块,石仪、门坊300余座。
Hutan Marga Kong berlokasi 2 km arah utara dari Kota Qufu, merupakan kompleks makam Konfusius bersama keluarganya. Kompleks makam ini merupakan kompleks makam keluarga sekaligus taman buatan manusia yang terbesar, tertua, dan terutuh di Tiongkok. Di dalam tamannya terdapat pohon-pohon tua yang menjulang tinggi dan banyak prasasti. Berbagai macam batu nisan dan batu berinskripsi berjumlah lebih dari 4.000 buah dan jumlah patung binatang batu dan gapura lebih dari 300 buah.
1994年,孔林被联合国教科文组织列入世界文化遗产名录。
Pada 1994, Hutan Marga Kong dimasukkan dalam Daftar Warisan Budaya Dunia yang disusun oleh UNESCO.

Konfusius 孔子


 
孔子
Konfusius


‘Bahagialah seorang Junzi, karena dialah ayah bunda rakyat.’
Ia menyukai apa yang disukai rakyat dan membenci apa yang dibenci rakyat.
Inilah yang dikatakan sebagai ayah bunda rakyat.
诗 云: 乐 只 君 子 , 民 之 夫 母
Shi yun: Le Zhi Junzi, Min zhi Fu Mu
民 之 所 好 好 之 ,民 之 所 恶 恶

Min Zhi Suo Hao Hao Zhi, Min Zhi Suo E E Zhi
此 之 为 民 之 夫 母
Ci Zhi Wei Min Zhi Fu Mu
(Sishu bagian Da Xue, Bab X; 3)
Ada pula sumber lain menyatakan, bahwa yang semula menyebut ajaran Ru sebagai ajaran Khonghucu atau Kong Jiao ialah para Ru scholars (Ru shi 儒 士) di jaman kemudian, sebagai translasi dari Confusius dan Confucianism

Hal itu dicatat di dalam laporan peneliti dari western observer, Nicholas Trigault.
Dia berpendapat, bahwa penyebutan Confucius/Confuciansm itu dari cara orang barat, dalam hal itu Matteo Ricci (misionaris Jesuits Italia,1615) menyebut Ru Jiao itu : Kongjiao(孔 教) artinya: ajaran Khonghucu, didasarkan nama K’ongFuTse (Kongfuzi 孔 夫子).Xinzhong Yao mempunyai sebuah versi lain tentang ditemukannya apa yang mereka sebut sebagai ajaran para cendekiawan (Ru Jiao) oleh para misionaris Jesuit dari Italia tersebut. Dikatakannya komunitas nasrani (Jesuits) yang mula-mula masuk ke masyarakat Tiongkok merupakan representasi dari sistem nilai dalam metodologi intelektual barat, dalam upaya mereka untuk mengerti sistem nilai yang dimiliki kaum cendekiawan China yang sekaligus dipandang merupakan wujud pemikiran Ru Jiao masyarakat Timur
 Dalam pada itu banyak peneliti barat maupun timur tidak ragu menyebut Kongzi berperan penting dalam penulisan Kitab Kitab Ajaran Ru (Ru Jiao Jing Shu 儒 教 经书);
Memang karya monumental Zhisheng Kongzi tersebut adalah tidak menciptakan sesuatu sistem ajaran baru, melainkan melestarikan budaya keagamaan Ru yang 25 abad lebih merupakan Tianxi 天 锡 yang kepada banyak sekali rajasuci yang bersifat Sheng wang 圣 王  seperti: Yao, Shun, Xia Yu, Xiangtang, Zhou Wen, Wu, Zhougong. Karya dokumen historis Shengren besar Kongzi tersebut dibukukan secara lengkap dalam Kitab Sejarah Ru, Shu Jing (书 经). Fakta menonjol yang menunjukkan kelebihan Shengren Kongzi, selain sebagai Great Master (Fuzi 夫子) sebagai Genta RohaniNya (Tian zhi Mu Duo 天之木 铎), penelitipun menemukan talenta beliau sebagai akhli sejarah antropologi dan negarawan luar biasa di jamannya.
Posisi kenegaraan sebagai kepala pemerintahan (perdana menteri) negeri Lu pernah beliau jabat, namun Shengren besar Kongzi (Tian zhi Mu Duo 天之木 铎), menebarkan Dao beliau, berupa paradigma baru pengembangan Ru Jiao dari satu ke lain negeri selama 13 tahun. Oleh perjuangan Shengren besar Kongzi itulah budaya keagamaan Ru Jiao kini dikenal sebagai salah sebuah ajaran menjalani hidup di masyarakat (public religion), bukan sekedar ajaran kaum istana (royal religion).

孔子(公元前551—公元前479),名丘,字仲尼,鲁国人。中国春秋末期伟大的思想家和教育家,儒家学派的创始人。
Konfusius (551- 479 SM), nama Qiu, alias Zhongni, warga negara Lu. Pemikir dan pendidik besar China masa akhir zaman Chunqiu, pencetus ajaran konfusianisme.
孔子的远祖是宋国的贵族,殷王室的后裔。在孔子很小的时候,他的父亲就去世了,以后孔子的家境逐渐衰落。虽然孔子年轻的时候很贫困,但是他立志学 习,他曾经说过:“三人行, 必有我师焉。”后来,他开始授徒讲学,他一共教授了3 000多个学生,其中不乏贫困家庭的孩子,改变了以往只有贵族子女才有资格上学的传统。孔子晚年还编订上古书籍,保存了很多古代的文献,我们现在看到的 《诗经》、《尚书》、《周易》等等都经过他的编订。
Nenek moyang Konfusius adalah bangsawan negara Song, keturunan dari keluarga raja dinasti Yin. Saat Konfusius masih kecil, ayahnya meninggal dunia, setelah itu kondisi keluarganya perlahan-lahan mengalami kemerosotan. Meskipun miskin saat muda, tetapi Konfusius bertekad untuk belajar, dia pernah berkata : “tiga orang berjalan bersama, niscaya ada yang bisa menjadi guruku.” Di kemudian hari, dia mulai mengajar, total murid yang pernah diterimanya lebih dari 3.000 lebih, di antaranya banyak anak dari keluarga kurang mampu. Ini merubah tradisi sebelumnya yaitu hanya anak-anak dari keluarga bangsawan yang bisa mendapatkan pendidikan. Pada masa tuanya Konfusius menyusun buku-buku kuno sehingga banyak literatur kuno dapat dilestarikan. Buku-buku seperti Shi Jing, Shang Shu, Zhou Yi dan lain-lain yang kita temui sekarang ini semuanya disusun oleh Konfusius.
孔子的很多思想即使在今天看来也很有价值。比如, 孔子丰富了“仁”的内涵, 他认为要做到“仁”,就要关爱别人,“己所不欲,勿施于人”;他还认为,“君子和而不同”,也就是说,在处理人际关系上要承认人与人之间的差异,不要用单 一的标准来衡量对方,这样才能够达到社会的和谐与稳定;他在教育上还主张用启发的方法促使学生独立思考,在学习书本知识的同时还要有自己独立的见解等等。
Banyak ideologi Konfusius yang sangat berharga walaupun dinilai dengan standar zaman sekarang. Misalnya, Konfusius memperkaya arti “ren” (kebajikan). Dipandangannya, untuk mencapai tahapan “ren” haruslah memperhatikan dan mencintai sesama, “hal yang tidak kita inginkan, janganlah dipaksakan pada orang lain”; dia juga berpendapat “orang yang budiman harmonis dengan yang lain meskipun berbeda orangnya ” , artinya ketika menangani hubungan antar manusia haruslah mengakui perbedaan antar pribadi, janganlah menggunakan standar tunggal dalam mengukur pihak lain, dengan demikian barulah bisa mencapai masyarakat yang harmonis dan stabil. Dalam masalah pendidikan Konfusius menganjurkan menggunakan cara mengilhami untuk mendorong kemandirian pemikiran murid, murid haruslah mempunyai pandangan sendiri saat belajar ilmu-ilmu dari buku, dan lain sebagainya.
孔子的言行被他的弟子们收集在《论语》一书中,孔子的思想也被后人吸.收和发扬光大,成为中国传统思想的最主要的组成部分,并逐渐传播到周边国家,形成了影响范围很广的儒家文化圈。
Sikap dan ucapan Konfusius dikumpulkan oleh murid-muridnya dalam buku yang berjudul “Lun Yu”, ideologi Konfusius juga dipelajari dan disebarluaskan oleh generasi berikutnya sehingga menjadi bagian paling penting yang membentuk ideologi tradisional China, bahkan kemudian perlahan-lahan meluas hingga negara-negara sekeliling sehingga membentuk lingkaran budaya konfusianisme yang berpengaruh luas.
孔子是属于中国的,他在中国家喻户晓,绝大多数中国人的思想都或多或少地受到他的学说的影响;孔子也是属于世界的,联合国教科文组织曾将他列为世界十大文化名人之一。
Konfusius adalah milik China, di China setiap orang mengenalnya, ideolodi orang China pada umumnya sedikit banyak terpengaruh oleh doktrin konfusianisme; Konfusius adalah milik dunia juga, UNESCO mendaftarkannya sebagai salah satu dari 10 budayawan dunia.

Kamis, 26 Januari 2012

Appreciation of Chinese Calligraphy

Appreciation of Chinese Calligraphy






Appreciation of
The Art of Chinese Calligraphy




Calligraphy is an art dating back to the earliest day of history, and widely practiced throughout China to this day. Although it uses Chinese words as its vehicle of expression, one does not have to know Chinese to appreciate its beauty. Because in essence, Calligraphy is an abstract art. While viewing a Western abstract painting, one does not ask, "What is it?" When viewing Chinese calligraphy, one need not ask, "What is the Chinese word?"
In this page, we selected single words from the works of many master calligraphers from the past to illustrate the astounding beauty of the art. Like all art, it is best to simply look at them for enjoyment. Do not be sidetracked with questions of theory, technique, etc. Do not worry about "What is it?"
Beside each work, a very short comment is given to describe its "style", based on the classical book of Tu Meng.
Tu Meng of the Tang dynasty (618-905) developed 120 expressions to describe different styles of calligraphy and establish criteria for them. The first 15 from his list, with explanations and English interpretations by Chiang Yee:
    1. ability, mysterious, careful, carefree, balance
    2. unrestrained, mature, virile, grace, sober, well-knit, prolix, rich, exuberant, classic



For a flavor of these different styles, look at the calligraphy of single words, as written by the past masters. The idea here is not to learn how to write with a brush, or what the words are, but just to look at them as an abstract art.

A single word written in different styles

 A gracefully executed work has no peer.

Full panel-(100k)
By Si-Ma Kuang, Song Dynasty (1019-1086)


Bold yet fluid -


Full panel. From Ode of Mulan by [Mi Fei] [Mei Fei] (aka Mi Fu)

Formal


Full panel
By [Yan Zhenqing] [Yen Chen-Ching]


Balance


Full panel
By [Wu Ju]{Wu Chu]


Geometric


Full panel



By Zhang Ruitu (1570-1641)



playful

By Li Juan (b. 1713)


A carefree style has no fixed directions
By [Wang Xizhi] [Wang Hsi-Chih]. The character is Sui (to follow), in cursive style.
The movement of the strokes suggests speed, by a dancing rather than a racing speed.


A gracefully executed work



An exuberant work full of feeling and vigor.
Full panel

By [Wang Xizhi][Wang Hsi-Chih]

Lighting quick
Full panel

By [Dong Qichang] [Tung Chi-Chang]


A virile work in which strength is paramount.


The character is "mountain". By [Zhang Zhengyu][Chang Cheng-yu] (1903-1976)

Great Masters Wang Xizhi / Wang Hsi-chih (303-361) - 3

Jin Dynasty Great Masters  Wang Xizhi / Wang Hsi-chih (303-361)
 Ping An Tie




from : http://chinapage.com/

None of his original works remain today. Some of his best writings were preserved on carved stone tablets, Stone rubbings taken from them have been reproduced and reprinted widely; they have been studied by generations of students and used as examples to learn and practice the art of calligraphy.









Wang Xizhi
Calligraphy




Ping-An


Tang Dynasty tracing. At the Palace Museum, Taipei




Ping An Tie, He Ru Tie, Feng Ju Tie

Great Masters Wang Xizhi / Wang Hsi-chih (303-361) - 7

in Dynasty Great Masters  Wang Xizhi / Wang Hsi-chih (303-361)

Kuai Xue Shi Qing Tie






from : http://chinapage.com/

None of his original works remain today. Some of his best writings were preserved on carved stone tablets, Stone rubbings taken from them have been reproduced and reprinted widely; they have been studied by generations of students and used as examples to learn and practice the art of calligraphy.

Kuai Xue Shi Qing Tie
Clear Day After Brief Snow



Berbakti terhadap orang tua

Ancaman terhadap nilai 'filial piety' adalah masyarakat modern dimana kehidupan se-hari2 diperintah oleh faktor2 ekonomi yang maju (governed by sophisticated economic factors).
Ex Prime Minister Lee Kuan Yew menyadari betul tentang ini karena di negaranya timbul gejala2 menelantarkan orang tua. Maka dikeluarkanlah UU yang mewajibkan anak2 memelihara orang tua mereka. Pelanggarnya diancam sanksi tindak kriminal en dus masuk penjara!
Ceritanya begini:
Ada seorang kaya raya yang berputra hanya satu. Istrinya sudah meninggal duluan. Ketika putranya itu menikah, ia izinkan anak dan menantu tetap tinggal di bungalownya. Menantunya nyang bermulut manis bagaikan gula itu berhasil menyakinkannya untuk mengalihkan bungalownya atas nama putranya. Sejak saat itu mulailah menantu menterror mertuanya dan suaminya yang memang kaga punya tulang punggung itu diam saja. Akhirnya, karena sudah tidak tahan maka si kaya meninggalkan bungalownya sampai jadi pengemis. Kawan2nya tidak tahu ia pergi kemana sampai pada suatu hari seorang kawannya yang kebetulan bekerja di kantor Perdana Menteri melihatnya mengemis. Maka dihampirilah pengemis itu sambil menyebut namanya tetapi pengemis itu menyangkalnya dan berlalu. Tapi si teman itu yakin haqul yakin bahwa pengemis itulah si A temannya yang kaya raya. Ia memobilisir teman2nya yang lain dan mereka memastikan bahwa si pengemis itulah memang si A. Karena ia bekerja di kantor
PM, maka sampailah cerita itu di telinga Lee Kuan Yew. Perdana Menteri marah besar dan anak si kaya bersama istrinya dipanggilnya menghadap di Istana. Ia panggil juga Supreme Judge Yong Pung How. Didepan Yong, si anak dan istrinya di makinya habis2an. Lalu Yong diperintahkannya untuk membatalkan akte notaris pengalihan hak. Lalu bungalow itupun dikembalikan kepada si A dan si anak plus istrinya diusir dari situ pada hari itu juga.
Ini bukan fiksi melainkan benar2 terjadi.


Hauw atau berbakti kepada orang tua pada saat sekarang ini rasanya
sudah tidak modern lagi alias dianggap sudah kuno atau jadul. Padahal
bagi orang Tiong Hoa adalah hinaan yang paling berat, apabila disebut
“Puthauw” alias tidak berbakti terhadap orang tua.

Unsur utama dalam ajaran Konfucius disimbolkan dalam karakter China
“Jen” = prikemanusiaan/cinta kasih. Karakter China “Jen’ terdiri dari
dua unsur yang masing2 terdiri dari kata “manusia’ dan “dua” =
“manusia untuk kemanusiaan”. Ketika Konfucius ditanya makna dari “Jen”
itu, ia menjawab “Kata itu berarti kasihilah sesama umat manusia’.
Kata “Jen” ini juga sebagai asal dari kata Zen dalam Budhismus Zen.

Tidak ada sistem etika yang lebih berpengaruh pada keluarga di Asia
dibandingkan dengan konsept Konfusianisme mengenai bakti = filial
piety (Xiao) di mana hubungan antara orang tua dan anak menduduki
prioritas teratas. Bakti terhadap orang tua ini lebih dikenal dengan
perkataan “hauw” atau “u-hauw”

Oleh sebab itulah bangsa Tiong Hoa memiliki Kitab khusus yang membahas
mengenai “Hauw”- “Book of Filial Piety”. Kitab ini ditulis oleh
cucunya Konfucius dan walaupun hanya terdiri dari 1.800 kata, tetapi
dampaknya mungkin adalah terbesar diantara Kitab2 Tiong Hoa kuno
lainnya.

Bakti mereka terhadap orang tua ada sedemikian kuatnya sehingga
setelah mati sekalipun mereka tetap menyembah dan menghormati leluhur
mereka dengan memelihara meja sembahyang abu leluhur. Walaupun
kenyataannya ini bukanlah ajaran dari Konfucius, sebab ketika muridnya
Zi Lu bertanya tentang melayani roh2 leluhur yang sudah mati. Guru
berkata: “Saat kamu tidak bisa melayani manusia, bagaimana kamu bisa
melayani roh2 mereka?” Dikutip dari Lun Yu = “The Confucian Analects”

Banyak orang menuduh se-akan2 bangsa Tiong Hoa menghormati orang tua
mereka secara berlebihan sehingga ini dinilai tidak sejalan dengan
ajaran Kristen. Apakah benar demikian?

Di dalam dasa titah, perintah pertama setelah empat titah menata
hubungan vertikal dengan Allah, perintah berikutnya adalah “hormatilah
ayah & ibumu” ini disebut lebih dahulu daripada membunuh, mencuri,
berzinah. Bahkan kalau tidak menurut perintah ini hukumannya pun tidak
kepalang tanggung ialah hukuman mati (Imamat 20:9; 24:15) jadi
hukumnya setara dengan menghujat Allah! Tidak ada hukuman yang seberat
ini di dalam dasa titah lainnya.

Menurut ajaran ini, tidak ada yang lebih keji dari pada perbuatan
seorang anak ”put hao”—anak durhaka yang tidak berbakti terhadap
orang-tua. Oleh sebab itulah, satu salah besar apabila orang
beranggapan, bahwa —karena Taurat tidak mengikat lagi—maka orang
kristen pun bebas untuk menjadi orang2 ”put hao”. Tidak! Paulus
sendiri menegaskannya: ”Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam
Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu - ini
adalah perintah yang penting …” (Efesus 6:1-3).

Mengapa titah ini penting? Tidak lain karena ini merupakan urat nadi
utama peradaban manusia. Ketika orang kehilangan rasa hormat kepada
apa pun dan kepada siapa pun, maka hancur lebur pulalah peradaban
serta merta.

Di dalam seluruh Dasa Titah kalimatnya selalu diawali dengan ”JANGAN”.
Jangan ini, dan jangan itu. Tidak boleh begini, dan tidak boleh
begitu. Seluruhnya! Kesepuluh-puluhnya!

Kecuali dua titah, sebab kedua perintah ini sangat penting. Yang
pertama adalah titah keempat, ”Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat …”;
dan yang kedua adalah titah kelima, ”Hormatilah ayahmu dan ibumu” -
Kenapa Allah menekankan demikian? Apa maksudnya?

Sebab perintah positif ada jauh lebih keras, jelas dan tegas daripada
perintah yang negatif. Perintah ”Kerjakan ini!”, ada jauh lebih jelas
ketimbang perintah ”Jangan lakukan itu!”. ”Kamu ke sana!” mengandung
lebih banyak kepastian dari pada ”Jangan ke situ!”

Begitu pula titah ”Hormatilah ayahmu dan ibumu” jauh lebih jelas kalau
dibandingkan dengan, misalnya, ”Jangan kurang ajar terhadap
orang-tuamu!” Kewajiban terhadap orang-tua” bukanlah pilihan
”ini-atau-itu”. Melainkan suatu kewajiban rangkap
”baik-ini-maupun-itu”. Mustahil orang sanggup memenuhi kewajibannya
kepada Tuhan, sementara ia menelantarkan orang-tuanya.

Dan tidaklah benar praduga kebanyakan orang yang menilai, bahwa orang
Tiong Hoa diwajibkan melayani/menghormati orang tua mereka melebihi
daripada Allah sebab Konfucius sendiri berkata: “Karena itu, seorang
yang mengasihi orang tuanya akan melayani mereka sama seperti juga
melayani Surga, dan melayani Surga sama seperti melayani orang tuanya”

Apakah cukup apabila kita sekedar mendukung dan membantu orang tua
kita dengan bantuan materi, tetapi selanjutnya kita tidak menghormati
mereka. Bukti kasih antara lain ialah memberikan waktu kepada orang
yang kita kasihi.

Seorang Ibu rela menyediakan waktu selama 24 jam untuk bayinya, begitu
sang Ibu mendengar bayinya menangis ia langsung bangun, tetapi
bagaimana dengan putera/i nya setelah mereka dewasa, boro2 mereka
punya waktu, walaupun udah di undang dan di telpon ber-kali2 sekalipun
juga, mereka tetap ogah datang berkujung, bahkan untuk meluangkan
waktu buat telepon azah udah ora ono.

Ortu jaman sekarang harus ngemis agar anaknya bersedia dtg berkujung
ketempat mereka, sebab kahlo nunggu hingga bisa di undang ketempat
mereka sih jangan harap, kalau bukannya pada pesta HUT setahun sekali.

Percuma kita menangis meng-gerung2 selama “3 hari 3 malam” pada saat
ditinggal mati oleh ayah atau ibu kita, tetapi pada saat mereka masih
hidup, kita tidak pernah punya waktu untuk mereka.

Percuma kita nungging sembahyang di depan meja abu leluhur dengan
memberikan berbagai macam sesajen mulai dari “Sam Seng” s/d “Ngo Seng”
yang komplit, tetapi pada saat mereka hidup, tidak pernah sekalipun
juga kita punya waktu untuk mengundang mereka makan, boro2 ngundang
makan, ngirim nasih bungkus azah kagak pernah.

Oleh sebab itulah tepatlah apa yang diucapkan oleh Konfucius:
Mendukung dan membantu orang tua tanpa hormat, seperti juga anjing2
dan kuda2, sebab mereka juga melakukan hal yang sama untuk membantu
dan mendukung. Tanpa rasa hormat mendalam apa bedanya kita manusia
dengan hewan2 tsb.

Apabila Anda mengasihi orang tua Anda, berikanlah waktu Anda sejenak
untuk mereka, berikanlah sedikit atensi sebagai ucapan terima kasih
kita kepada mereka, dengan memberikan hadiah walaupun itu hadiah kecil
sekalipun juga atau undanglah dan ajaklah mereka makan bersama.

KONFUSIANISME DAN TAOISME


Pendahuluan
Kita sekarang menghadapi ancaman bencana lingkungan sebagai masalah global. Perlu direnungkan pendapat sosiolog Kanada John O’Neil bahwa kita mungkin adalah peradaban pertama dan mungkin sebagai yang terakhir. Memprihatinkan bahwa manusia sekarang ini seakan-akan tidak peduli pada lingkungan, dunia, dan habitat alamnya (John O’Neill, 1985: 12).
Bagaimana kita akan berusaha mencari solusi? Sungguhpun kita hidup di abad ke-21, mungkinkah kita mendapatkan inspirasi dari kearifan kuno tidak terkecuali filsafat China? Berbicara tentang filsafat China, perlu dicermati adakah butir-butir kearifan universal dari Konfusianisme dan Taoisme yang dapat kita manfaatkan untuk merumuskan kembali makna korelasi manusia dan alam?
Pembahasan berikut ini akan coba menelusuri seberapa besar sumbangan filsafat Konfusianisme dan Taoisme bagi pembentukan humanisme dan evironmentalisme dalam konteks kebudayaan China. Sejarah mencatat bahwa kebudayaan China telah berkembang meluas ke Asia Timur dan Tenggara, seperti ditunjukkan oleh sistem pengetahuan Feng Shui dan sistem pengobatan akupunktur misalnya. Perlu dipertimbangkan kelebihan dari cara pandang holistik untuk melihat satu masalah dengan logika korelasi.

II.    Asal-mula dan Perkembangan Kebudayaan China
Terdapat banyak mitologi dan cerita tentang asal-mula kebudayaan China serta tokoh legendarisnya seperti Kaisar Kuning (Huang Ti) yang membuat senjata dari batu Giok, istrinya memperkenalkan cara pemeliharaan ulat sutera, dan Yu terkenal karena berhasil mengatasi banjir-banjir besar. Menurut cerita, Yu mendirikan dinasti China yang pertama, yaitu dinasti Hsia yang berkuasa dari kira-kira abad ke-21 sampai abad ke-17 S.M. Dinasti Hsia ini kemudian diganti oleh dinasti Shang yang berkuasa sampai abad ke-11 S.M., dan dinasti Shang merupakan dinasti China historis yang pertama karena ada tulisan, perunggu dan tulang-tulang ramalan yang secara ilmiah telah ditentukan berasal dari periode ini (Lie Tek Tjeng, 1977: 270-274).
Kemudian menyusul dinasti Chou yang mempunyai dua periode yang terkenal dalam sejarah Cina, yaitu: Periode Catatan Musim Bunga dan Musim Rontok (Period of Spring and Autumn Annals) yang berlangsung dari 722 sampai 481 S.M. dan Periode Peperangan Antar Negara (Period of Warring States) yang berlangsung dari 403 sampai 221 S.M. Dinasti Chou adalah dinasti feodal dan pada masa kejayaannya raja Chou menguasai kerajaan-kerajaan tetangganya atau paling sedikit diakui sebagai primus inter pares (yang pertama di antara yang sama). Akan tetapi Periode Catatan Musim Bunga dan Musim Rontok menyaksikan menurunnya dinasti Chou dan kerajaan-kerajaan tetangganya yang sampai waktu itu mengakui supremasinya. Usaha sedemikian itu memuncak dalam Periode Peperangan Antar Negara, dan berakhir dengan jatuhnya dinasti Chou dan pembentukan Negara Kesatuan untuk pertama kali dalam sejarah China oleh Kaisar Shih Huang dari Negara Ch’in pada tahun 221 S.M.
Perlu diperhatikan bahwa kekacauan dalam bidang politik-militer juga menyebabkan kekacauan di bidang ekonomi-sosial, dan kekacauan total ini yang menggoncangkan masyarakat China dan nilai-nilai yang berlaku pada waktu itu menyebabkan orang untuk memikirkan cara-cara dan ide baru untuk memecahkan persoalan-persoalan yang mereka hadapi. Banyak orang mengusulkan kepada raja-raja yang berkuasa, konsep-konsep dan ide-ide mereka untuk mengatasi kesulitan-kesulitan waktu itu dan cara yang terbaik untuk memerintah negara, sehingga timbul apa yang dikenal sebagai “Seratus Aliran Pemikiran” (the Hundred Schools of Thought).
Filsuf utama yang harus disebut adalah Konfusius, yang hidup antara 552 dan 479 S.M. Melihat kekacauan dan perebutan kekuasaan antara raja-raja pada waktu itu, ia menganjurkan ajaran harmoni antara manusia dengan alam maupun antara manusia dengan manusia. Sekiranya masing-masing bertindak dan menjalankan tugas sesuai dengan kedudukannya, maka tidak akan terjadi perebutan kekuasaan. Bukan hanya rumah tangga, tetapi negarapun akan menjadi tenteram. Sehubungan dengan itu, ajaran Konfusius menitik-beratkan upacara atau ritual untuk menentukan tempatnya kepada masing-masing: baik raja, menteri, maupun ayah, anak, suami dan isteri.
Menurut tradisi, ajaran Konfusius ini tercantum dalam Lima Klasik, yaitu: (1) Klasik Syair (Classic of Songs), (2) Klasik Sejarah (Classic of Documents), (3) Kalsik Perubahan (Classic of Change), (4) Catatan-catatan Musim Bunga dan Musim Rontok (Ch’un Ch’iu) dan (5) Klasik Tata Tertib (Record of Rituals). Kelima klasik tersebut dijadikan bahan pelajaran utama di sekolah-sekolah, maka ajaran Konfusius ini mempengaruhi dan membentuk cara berpikir dan cara bertindak manusia China.
Kemudian harus disebut Lao-tze Bapak Taoisme, para legalis Shang Yang dan Han Fei-tze yang menganjurkan suatu kerajaan pusat, dan pemerintahan berdasarkan hukum, Meng-tze, dan Hsun-tze yang menulis klasik tentang peperangan yang dipergunakan dengan sukses oleh antara lain Mao Tse-tung dalam memimpin strategi militer Partai Komunis China dalam abad ke-20.
Akan tetapi, meskipun terjadi kekacauan di bidang politik-militer dan ekonomi-sosial, bukan berarti bahwa kebudayaan semula berkembang di lembah sungai Kuning tidak meluas. Daerah di sebelah utara sungai Yang-tze pada abad ke-6 S.M. terbagi dalam beberapa kerajaan yang masing-masing berusaha untuk merebut hegemoni dari raja Chou dan menaklukkan tetangga-tetangganya. Akhirnya kerajaan Ch’in yang terletak di sebelah barat dari kerajaan Chou di lembah sungai Wei keluar sebagai pemenang dan membentuk negara kesatuan China pertama pada tahun 221 S.M.
Negara kesatuan pertama ini meliputi daerah di sebelah utara sungai Yang-tze dan tidak meliputi daerah yang dikenal sebagai Mongolia Dalam. Perluasan daerah negara China diteruskan di bawah dinasti-dinasti berikutnya, terutama dinasti Han dan dinasti T’ang. Di bawah dinasti Han (206 S.M. – 220) daerah China diperluas di sebelah utara sehingga meliputi apa yang dikenal sebagai Mongolia Dalam, di sebelah timur yaitu daerah Korea Utara, dan selatan yang meliputi Vietnam Utara, sedangkan di bawah dinasti T’ang (618-907) daerah Tibet dimasukkan ke wilayahnya.
Biarpun menurut pasang-surut sejarah China terjadi perubahan atau pergeseran perbatasan dalam abad-abad yang berikut, akan tetapi pada umumnya dapat dikatakan bahwa dengan masuknya Tibet pada abad ke-9 China sudah mempunyai perbatasan seperti dikenal sekarang. Dengan perkataan lain, kebudayaan yang mulai berkembang di lembah sungai Kuning dapat berkembang di daerah asia Timur yang cukup luas ini.

Pandangan Filsafat Cina tentang Kesatuan Manusia dan Alam
Filsafat China atau Sinism –meminjam istilah yang diperkenalkan oleh ahli Sinologi H. G. Creel—lazim digunakan untuk menspesifikasi atau meng-identifikasi sekelompok karakteristika unik bangsa China. Fenomena tentang Sinism ini tidak dibatasi pada satu daerah geografis RRC. Akan tetapi, lebih luas meliputi geografis Korea dan Jepang dimana logogram China digunakan. Bahasa logogram merupakan bentuk dan ungkapan alam pikiran Sinitic, wawasan yang lebih bercorak dunia-sini secara manifes, praktis, konkret, dan khusus ketimbang dunia-sana, spekulatif, abstrak dan umum. Alam pikiran Sinitic termanifestasi pada Konfusianisme, Taoisme dan Zen Buddhisme.
Apa karakter dari kesatuan manusia dan alam yang berakar dalam Sinism? Yaitu pengenalan moral dan peneguhan oleh setiap orang tentang keberadaannya dengan orang lain –bukan hanya hidup dan mati tetapi juga sebelum dilahirkan—dan dengan makhluk hidup dan tak hidup lainnya. Itu berarti hubungan timbal-balik mutlak, yang tidak perlu dipertanyakan, tidak dikualifikasikan dan ikatan khusus dari koeksistensi makhluk hidup dan benda, piety adalah sebuah kebajikan moral. Menggunakan bahasa Martin Bubber (1928) sebagai pengajar penting dari Tao –khususnya wu wei—sebagai spiritualitas kehidupan China yang akan menyeimbangkan etos utilitarian Barat (Martin Bubber, , ini merupakan hubungan “Aku-Engkau” ketimbang “Aku-Itu” dimana Aku dalam “Aku-Engkau” berbeda secara radikal dari Aku dalam “Aku-Itu”, karena itu Aku selalu dan niscaya dibentuk oleh kondisi eksistensial yang Lain sebagai pihak lain.
Berdasarkan perspektif Sinism, ecopiety merupakan tenunan moral dari laki-laki dan perempuan yang  menganyam bersama seluruh makhluk dan benda. Ini tersusun dari karakter yang dari humanisme dan karakter yin dari environmentalisme yang bersifat komplementer. Ringkasnya: sebagaimana Sinism merupakan kesatuan dari Konfusianisme yang ortodoks dan Taoisme yang heterodoks yang bersifat komplementer, maka ecopiety sebagai kesatuan dari humanisme dan environmentalisme juga bersifat komplementer. Dengan demikian:

    Ecopiety  =  Humanisme + Environmentalisme
       Sinism         Konfusianisme+Taoisme

Sinism mendefinisikan realitas sebagai proses sosial. Lalu apa tujuan akhir dari realitas sebagai proses sosial atau ecopiety sebagai hubungan timbal-balik mutlak? Tujuan akhirnya adalah harmoni yang tidak pernah statis tetapi selalu dinamis. Seperti dicontohkan pada musik atau alunan musik, harmoni dapat didefinisikan sebagai orkestrasi dari banyaknya perbedaan (Hwa Yol Jung, 1981: 329-340). Ini merupakan  perkumpulan dari beberapa hal sebagai satu kesatuan. Bagi Sinism, ada satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara etika dan estetika: baik dan indah bersinonim. Sebagaimana estetika merupakan harmoni dinamis antara manusia dan alam, demikian halnya baik hubungan harmonis antara sesama manusia: bukan hanya etika berdasarkan estetika, tetapi juga harmoni merupakan tema yang menyatukan etika dan estetika. Oleh karena itu, harmoni menjadi principium bukan hanya estetika tetapi juga antar manusia.
Harmoni terdiri dari 3 unsur dasar. Pertama adalah ide bahwa dunia atau alam semesta adalah pluralistik. Kedua, seluruh unsur dari dunia ini pluralistik yang berinterrelasi atau sinkronistik. Dengan demikian, harmoni mengacu pada  pengertian diferensiasi, perbedaan ontologis, dengan logika yang berfungsi adalah sebagai logika korelasi, bukan logika identitas. Dikatakan bahwa harmoni adalah kesatuan dari berbagai perbedaan, kemajemukan, dimana setiap unsur yang dilengkapi oleh setiap unsur yin. Harmoni merupakan predikasi atas perbedaan radikal dari pihak Lain, baik orang maupun barang. Dengan demikian ecopiety dikatakan sebagai kesatuan dari humanisme (yang) dan environmentalisme (yin) yang saling melengkapi. Rangkuman: Sinism menyumbang pada dua pilar ide bahwa (1) dimana tidak terdapat proses sosial, maka tidak ada realitas, dan bahwa (2) dimana tidak ada perbedaan, maka tidak ada proses sosial asli.

IV.    Humanisme Perspektif Konfusianisme
Humanisme adalah karakteristika Konfusianisme. Ini adalah perhatian dan penghormatan kepada laki-laki dan perempuan lain sebagai pribadi. Secara tradisional, model klasiknya dikenal dengan “filial piety” (hsiao)—kesetiaan seorang anak laki-laki kepada ayah atau orang tuanya. Humanisme mengacu pada ide manusia secara spesifik. Humanisme menolak baik antroposentrisme dan naturalisme karena keduanya berat sebelah dan tidak bijaksana dalam mengenali eksentrisitas manusia: antroposentrisme terlalu menghargainya, sementara naturalisme terlalu merendahkannya. Ungkapan in seperti dalam “man in nature” atau “man in the landscape” merupakan istilah ecstatic bahwa, sebagai makhluk mempunyai keterarahan-diri, manusia bukan seonggok obyek semata atau materi. Manusia dapat disebut fana dari semua yang fana karena dia satu-satunya makhluk yang menyadari sepenuhnya akan kematiannya sebagai kejadian yang akan datang. Dengan cara yang sama, dapat dikatakan bahwa alam mempunyai sejarah tetapi tidak mengetahuinya, sedangkan manusia mengetahui bahwa dia mempunyai sejarah dan membuat sejarah pula.
Konfusianisme seringkali dikarakteristikan sebagai “humanisme praktis” karena kepeduluannya dengan seni praktis tentang kehidupan manusia dengan sesama dalam kehidupan dunia sehari-hari. Sebagai humanisme praktis, Konfusianisme memfokuskan perhatiannya pada manusia dan apa yang dilakukannya. Premis ini radikal bahwa akar dari manusia adalah dirinya sendiri. Konfusianisme mulai dan berakhir pada manusia: bagi Konfusius, tidak ada yang “di seberang humanisme”. Humanitas bertumpu pada manusia –humanitas dalam dua-serangkai arti manusia sebagai kolektivitas, dan kausalitas asli manusia –jen adalah pilar humanisme praktis Konfusius. Tanpa jen, tanpa mempraktikkannya, manusia tidak akan menjadi manusia seutuhnya. Menjadi seorang manusia (jen) adalah menjadi insani (jen): sesungguhnya, jen adalah jen. menurut Analect of Confusius Konfusius, jen adalah mencintai semua manusia dan chih (pengetahuan) adalah mengenal semua manusia. Inovasi Konfusius terletak dalam menjadikan jen “keutamaan universal” yang menjadi batas standar bagi “keutamaan” lain dalam relasi antar manusia. Jen juga disebut “keutamaan yang sempurna” atau apotheosis dari segala keutamaan seperti kebenaran (i), kesopanan (li), kebijaksanaan (chih) dan kepercayaan (hsin). Manusia yang mempraktikkan jen juga mempraktikkan chung –kaidah emas positif: perlakukan orang lain sebagaimana engkau ingin diperlakukan, dan shu –kaidah emas negatif: jangan perlakukan orang lain sebagaimana engkau tidak ingin diperlakukan.
Konfusianisme, bagaimana pun peduli terutama pada homopietas tetapi tidak secara eksklusif. Dalam Li Chi (Kitab Upacara), Konfusius berkata tanpa pandangan hidup yang sama: “Menebang sebuah pohon, membunuh seekor binatang yang belum kawin, tidak pada musim yang tepat, adalah bertentangan dengan filial fiety.” (Li Chi, 1967: 228). Menurut cara tersebut, tujuan moral dari bakti kepada orangtua tidak dibatasi pada dampak dari apa yang dilakukan manusia pada  orang lain tetapi diperluas pada dampak perilaku seseorang bagi makhlun non-human dan benda-benda. Demikian Creel menuliskan bahwa dalam Sinisme “manusia menghuni sebuah tempat yang menarik di alam semesta”. Dia adalah ... menjadi bagian dan tidak terpisahkan dari alam, tindakannya berdampak pada alam seluruh alam semesta, dan seluruh alam semesta mempengaruhinya, dengan suatu cara yang lebih intim daripada kebiasaan yang dilakukan oleh dunia Barat.” Chan Tsai, penganut Neo-Konfusius abad ke-11, tokoh teladan ecopiety, yang menulis 5 halaman esensial ecopiety sebagai kesatuan humanisme dan environmentalisme:  “Langit adalah ayahku, dan Bumi adalah ibuku, dan sunnguh pun aku makhluk kecil kutemukan tempat yang intim di tengah-tengah mereka. Oleh karena itu apa yang mengisi alam semesta kuanggap sebagai tubuhku dan yang mengatur alam semesta kuanggap sebagai alamku. Semua orang adalah saudara dan saudariku, dan semua benda adalah sahabatku.” Teringat perkataan Konfusius mengenai musik, yang dimainkan sebuah bagian integral dari arti China kuno tentang benda-benda dan peristiwa sebagai kesatuan yang teratur, sekali lagi kita temukan dalam halaman kitab Li Chi sebagai berikut:
Langit ada di atas dan bumi di bawah, dan di antara keduanya tersebar semua jenis kehidupan dengan perbedaan (sifat dasar dan kualitasnya); --berkenaan dengan proses pembentukan perayaan. (Pengaruh) langit dan bumi mengalir maju dan tak pernah berhenti, dan dengan kesatuan tindakannya (fenomena) produksi dan perubahan terjadi: --berkenaan dengan itu musik mengalun. Proses pertumbuhan di musim semi, dan dewasa di musim panas (menyarankan ide tentang) kebajikan; mereka berkumpul di musim gugur dan ... di musim salju, menyarankan kebenaran. Kebajikan serupa dengan musik, dan kebenaran serupa dengan perayaan.

Melalui jalan Sinitic tentang ecopiety humanisme diseimbangkan kembali dan dilengkapi dengan environmentalisme. Ketika environmentalisme berubah menjadi tabir penutup ecopiety, antroposentrisme rusak dan salah arah karena tidak ada daya pembesar manusia dalam tatanan benda-benda di  alam semesta. Apakah “dominasi” dan “kegunaan” merupakan antroposentrisme, sementara “harmoni” dan “penghormatan” merupakan etika ecopiety. Bagaimana pun ketika humanisme dibedakan tetapi tidak dipisahkan dari environmentalisme, etika ecopiety adalah bijaksana yang meneguhkan bahwa manusia mempunyai tempat yang berbeda di antara makhluk lain dan benda-benda lain dan tidak sekedar satu bagian dari alam. Manusia adalah benar-benar pengatur dan penjaga dari semua hal. Akhirnya pembedaan manusia dari bukan manusia hanya mengalami perbedaan pada kesatuan pengikat –kesatuan pluralistik, organik dari keberbedaan.

V.     Environmentalisme Perspektif Taoisme
Dengan keutamaan environmentalisme jalan ecopiety diperlebar memantapkan konsep tentang moralitas atau etika yang dibatasi untuk mengatur hubungan manusia. Sebagaimana ekofilsuf Amerika Serikat yang tidak tertandingi Aldo Leopold mengemukakan dengan rapih: “Sebelumnya belum ada etika berkaitan dengan hubungan manusia dengan daratan dan binatang serta tumbuhan yang tumbuh dipermukaannya. Daratan, seperti budak perempuan Odyseus yang masih menjadi harta milik. Hubungan dengan daratan adalah masih hubungan ekonomi yang ketat, menjadi hak istimewa tetapi tanpa kewajiban.” “Moral Daratan” Leopold adalah contoh sempurna apa yang kita sebut geopiety ketika memperluas batasan komunitas meliputi tanah, air, tumbuhan, binatang atau secara kolektif: daratan.”
Sebagaimana jalan ecopiety Sinitic mensinkronkan yang dari humanisme dan yin dari environmentalisme yang bersifat komplementer, itu masih merupakan kontras yang keras untuk menerima konvensi etika yang hanya merumuskan hubungan sesama manusia dan menyingkirkan hubungan antara manusia dengan makhluk dan benda lainnya. Sementara itu etika konvensional menggunakan bahasa “penyingkiran”, jalan ecopiety Sinitic menggunakan bahasa “pencakupan”. Filsuf Amerika Erazim Kohak meringkaskan dengan baik bahasa kaum inklusif tentang ecopiety ketika dia berkata: “Untuk menemukan kembali kepekaan dalam kemanusiaan kita, kita memerlukan pertama-tama kepekaan moral terhadap alam” (Erazim Kohak, 1984: 13).
Enviornmentalisme merupakan prinsip dominan dalam Taois dan Zen. Taoisme dan  Zen Buddhisme bagaimana pun tidak menyingkirkan humanisme. Pada bab 25 Tao Te Ching, kita dapat menemukan ekspresi yang mengharukan dari ecopiety, sebagai contoh bahwa Tao (Jalan) sebagai ecopiety:

Ada sesuatu yang campur-aduk, dan kacau-balau,
Ia sudah ada sebelum langit dan bumi,
Betapa sunyi! Betapa sepi!
Ia berada dengan sendirinya, dan tak pernah berubah,
Bergerak berputar, tak henti,
Ia layak menjadi ibu alam semesta,
Ku tak tahu siapa namanya,
Terpaksa kunamakan Tao,
Kusebut dia sebagai yang besar.

    Besar bermakna meluas (mencapai segala tempat),
    Meluas berarti menjauh (ke segala arah),
    Yang pergi menjauh akhirnya akan balik kembali (ke asalnya).

Karena Tao itu besar, maka
Langit juga besar, bumi juga besar, dan manusia juga besar,
Di dunia ini ada empat besar, dan manusia adalah salah satunya.

    Manusia meneladani bumi,
    bumi meneladani langit,
    langit meneladani Tao,
    dan Tao meneladani dirinya sendiri (tsu-jan).

Tsu-jan (dirinya-sendiri) menjadi dasar environmentalisme dari Taoisme dan Zen Buddhisme. Hal ini menggarisbawahi kemampuan estetik kita untuk menghormati dan penghargaan terhadap seluruh keberadaan benda-benda di alam. Itu merupakan apresiasi estetik terhadap nilai intrinsik benda-benda seperti adanya, misalnya spontanitasnya –masing-masing mempunyai kekhususannya, yaitu benda khusus ini dan itu –ketimbang ekspropriasi utilitarian terhadap nilai ekstrinsik benda-benda alam untuk keperluan manusia. Di China, tsu-jan berarti alam luar (wan wu or “ten thousand things”) dan kualitas intrinsik dan inheren dari tiap benda di alam. Sifat dasar estetika terletak dalam keberadaannya yang pasti dalam, oleh, dan untuk dirinya sendiri. Untuk menghormati benda-benda adalah dengan meninggalkan dan membiarkannya seperti aslinya: biarkan mereka menjadi dirinya. Dalam prinsip tsu-jan bumi merupakan ruang puisi; jiwanya, alam mewakili musik luar dari waktu.
Environmentalisme Taois merasa senang dengan keindahan alam, liar, sederhana, dan kecil, dalam keindahan intrinsik alam yang membuat manusia memandang penuh penghormatan dan imajinasi puitis. Hanya dalam bersekutu dengan alam dan kosmos seorang manusia benar-benar menjadi seorang “cosmion”. Seperti Taois Chuang Tzu mengungkapkan dengan suara tenang: “Langit dan bumi lahir bersamaan denganku, dan sepuluh ribu benda bersatu denganku”.

VI.    Pengungkapan Humanisme dan Environmentalisme dalam Feng Shui
Alam pikiran kita berakar dalam pemandangan alam. Di Barat, Hipocrates adalah pemikir sistematis pertama yang menyadari dampak dari kondisi meteorologis, astronomis dan topografis (misalnya: musim, angin, dan air) sebagai seni perawatan kesehatan, dan menyebutkan banyak hal seperti klimatologi dan pembentukan personalitas dan ras. Dengan jalan feng shui (geomancy), orang-orang China kuno maupun kontemporer, telah mengembangkan arti yang dalam untuk bersatu dengan alam (“sepuluh ribu benda”), daratan, bumi dan kosmos .
Warisan ketahanan dari feng shui sejak waktu yang tidak dapat diingat membuat orang-orang China menjadi ekofilsuf awal. Seorang penulis memandangnya sebagai “sebuah seni-eko” yangberkaitan dengan konservasi, ekologi dan penataan ruang (Gary Khor, 1999: 96-97). Karena Feng shui akhirnya mendatangkan kemakmuran, kesehatan, dan keberuntungan, misalnya: kesejahteraan, feng shui diterapkan untuk berbagai kegiatan seperti perencanaan kota atau desa, desain arsitektur, dekorasi ruangan, pernikahan, pemakaman dan bahkan penebangan pohon.
Feng Shui terdiri dari dua logogram –“angin” (feng) dan “air” (shui). Dengan demikian berarti penghargaan manusia pada aliran alam yang disimbolkan dengan dua unsur –angin dan air. Ini adalah cara Sinitik untuk mengekspresikan geopiety, atau mengharmoniskan manusia dengan alam sekitarnya dengan perhatian dan penghormatan. Ini adalah sebuah usaha untuk mendefinisikan tempat manusia di daratan. Berpikir dalam term feng shui adalah berterimakasih atas kemurahan bumi sebagai sebuah “hadiah” tempat kita memijakkan kaki. Feng shui nampaknya merefleksikan latar belakang asli dari masyarakat petani di China yang kehidupannya bergantung pada kesuburan tanah, dimana manusia perlu “memanfaatkan” angin dan “menyalurkan” air untuk menghidupi alami mereka yang disebut Ch’i atau “getaran”.
Selanjutnya apakah Chi itu? Chi adalah sebuah ide yang terdapat di mana-mana. Didefinisikan sebagai “energi konfigurasional”, chi menimbulkan kehadiran yang menyeluruh. Diterjemahkan sebagai “ether”, “energi”, “daya”, “kekuatan”, “nafas”, dan sebagainya. Chi menyerap banyak hal sebagai “unsur” (misal: air, api, dan tanah) dan catatan musik. Ide chi diasosiasikan dengan lingkup aktivitas yang luas dari akupunktur hingga seni bela diri. Akupunktur dapat dikatakan sebagai jalan untuk “memanfaatkan” dan “menyalurkan” chi dari orang itu sendiri. Karena kehadiran chi, tubuh sendiri adalah kinestetik.
Dikatakan bahwa chi meresap pada kuas dan tinta pelukis kaligrafi. Tujuan dari ilmu pedang (kendo) dikatakan adalah untuk pencapaian kekuatan dalam dari chi ketimbang penguasaan tekniknya sendiri. Pedang itu “satu simbol dari semangat yang tidak terlihat yang melingkupi pikiran, tubuh dan kegiatan anggota tubuh.” Untuk maksud esei ini, dapat kita katakan bahwa chi adalah energi yang tidak terlihat yang meresap masuk ke dalam tubuh manusia dan sekitarnya, merupakan energi konfigurasional yang mengatur hubungan antara manusia dengan lingkungan alamnya. Kesimpulan chi adalah vital, energi tak terlihat yang menahan, memberi nada, dan melestarikan rantai ekologi Kehidupan. 

 Penutup   
Filsafat China (Sinism) mungkin dipandang telah kuno tetapi bukan berarti ketinggalan zaman, ketika mempunyai kemampuan untuk menarik perhatian kembali dunia dengan mendekonstruksikan peradaban teknomorfik berdasarkan “pemikiran kalkulatif”. Pandangan Sinism terhadap term krisis menyatakan kesempatan yang tersedia untuk mengatasi bahaya yang mengancam. Ekuminisme ekologi, disini Sinism menjadi bagian integral, merupakan planetarisasi bagi kesadaran ekologis dari humanitas post-modern.
Jika menerima sifat globalisasi, maka ide-ide ekofilosofi dapat ditemukan  dimana pun dan kapan pun, baik di Barat atau Timur, Selatan atau Utara, lama atau baru, dan menolak klaim para penulis Barat yang meskipun berpikiran ekofilosofis tetapi menolak relevansi pandangan ekofilosofi Oriental bagi permasalahan lingkungan dewasa ini, karena ekofilosofi diklaim berasal dari Barat.
Sebagaimana humanitas menjadi satu “keluarga” dan dunia menjadi “desa global”, maka kita harus mengesampingkan agama, budaya, dan parokialisme etnosentris demi mengejar ekofilosofi dalam mengidentifikasi tempat yang layak bagi manusia di alam dan tempat yang layak bagi alam di kota manusia, yang meneguhkan konaturalis manusia dan alam. Dalam Sinism, ekumenisme ekologis baik dalam teori dan praktik telah memperkaya visi dari tema abadi “Kesatuan yang Besar”; maka tidak mengurangi ide-ide ekofilosofi Barat dari St. Francis Asissi hingga Bubber, Heidegger, Marleau-Ponty, dan Leopold.
Ketika kita berpikir dan bertindak untuk saling menyisihkan, akan berisiko pada kerusakan dan kematian. Sebaliknya, kesediaan kita untuk menyatukan seluruh kekuatan, sentimen, opini dan pikiran yang luhur, mewujudkan tujuan dari ekumenisme ekologi untuk menciptakan kesatuan, yang memungkinkan kita berada di garda depan untuk membuat bumi aman dan nyaman, bukan hanya bagi manusia generasi sekarang dan generasi yang akan datang tetapi juga bagi segenap benda-benda di alam. Masa depan ada di tangan kita untuk mencipta dan mencipta ulang, karena kita adalah satu-satunya makhluk yang menolak untuk menjadi apa adanya.
Konfusianisme dan Taoisme mempunyai banyak penawaran untuk menciptakan filsafat hidup baru dalam harmoni dengan alam (ekumenisme ekologis). Mengutip pepatah Barat kuno: pusat kebenaran berada dimana pun dan tidak terbatas tempatnya. Semoga akan datang, lebih cepat lebih baik, hari ketika ecopiety menjadi prinsip regulatif untuk mengatur perilaku kita terhadap bumi, dunia ini, menjadi senjata moral baru bagi seluruh dunia.

Referensi
Confucius, 1967, Li Chi: Book of Rites, trans. James Legge, New Hyde Park: University Book.

Jung, Hwa Yol, 1981, “The Orphic Voice and Ecology” in Environmental Ethics, Vol. 3, pp. 329-340.

Kohak, Erazim, 1984, The Embers and the Stars, Chicago: University of Chicago Press.

Kohr, Gary, 2201, “Environmental Chi –Feng Shui” in Living Chi: The Ancient Chinese Way to Bring Life Energy and Harmony into Your Life, Boston: Tuttle Publishing.

Lao Tzu, 1995, Tao Te Ching: The Book of Meaning and Life, trans. H.G. Oswald, New York: Penguin Books.

Lie Tek Tjeng, 1983, Studi Wilayah Pada Umumnya, Asia Timur Pada Khususnya, Bandung: Penerbit Alumni.

O’Neill, John, 1985, Five Bodies, Ithaca: Cornell University Press.

Pound, Ezra, 1969, Confucius: The Graet Digest, The Unwobbling Pivot, The Analects, New York: New Direction Publishing Corporation.

 Oleh:
Slamet Subekti
Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya


“There are, of course, quite a number of forms of Chinese philosophy, but there are two great currents that have thoroughly molded the culture of China –Taoism and Confucianism—an they play a curious game with each other.”

Jumat, 20 Januari 2012

Inspirasi ajaran 孔子- KongZi

Spiritual yang berkembang di masyrarakat luas ,sesuatu yang dinamika konkrit dalam kehidupan sehari-hari.
seperti dalam kehidupan saya banyak yang kurang mengerti dalam pemahaman luar tentang spritual itu sendiri.
dari banyak perbincangan dengan berbagai teman , spritual disebabkan adanya kehidupan yang bukan sekedar kehidupan Duniawi tentang fenomena spritual dan jugaa sekularitas sebagai antitesisnya.
muncul pemikiran -pemikiran sederhana bahwa ada sesuatu yang lebih dari kehidupan  ,bukan sebatas memiliki Materi dan kelekatan pada benda fisik saja .
 Tao seorang Jun Zi (Jun Zi Zhi Dao) ada empat yang aku khawatir satupun belum bisa kulakukan.

Apa yang kuharapkan dari anakku, belum dapat kulakukan terhadap orang tuaku;

Apa kuharapkan dari menteriku, belum dapat kulakukan terhadap rajaku,

Apa yang kuharapkan dari adikku, belum dapat kulakukan terhadap kakakku; dan

Apa yang kuharapkan dari temanku belum dapat kuberikan lebih dahulu.

Didalam menjalankan Kebajikan yang umum, didalam kehati-hatian saat membicarakan hal;

bila ada kekurangannya Aku tidak berani tidak sekuat tenaga mengusahakannya; dan

bila ada pandangan-pandangan yang lebih; tidak akan kuungkapkan semuanya; Aku tidak berani menghamburkannya;

maka perkataan harus sesuai dengan perbuatan dan perbuatan sesuai dengan perkataannya.

Bukankah demikian ketulusan hati seorang Jun Zi?”.
 penjelasan genetis dilengkapi dengan penjelasan analitis. Dalam hubungan ini, pendekatan-pendekatan lain dapat ditambahkan kepada pendekatan historis. Disiplin-disiplin lain, seperti sosiologi, antropologi sosial, dan ilmu politik berada pada kedudukan yang lebih baik untuk menganalisis fenomena gerakan-gerakan sosial. Konstruksi-konstruksi konsepsial atau teori-teori mereka jelas mempunyai daya penjelas yang lebih besar daripada penuturan sejarah yang polos. Oleh sebab itu, dalam mencari petunjuk-petunjuk ke arah kondisi-kondisi kausal gerakan-gerakan sosial, kita harus mempertemukan disiplin-disiplin itu. Penggunaan pemahaman-pemahaman yang telah dicapai oleh disiplin-disiplin itu tidak boleh tidak akan memperkokoh analisis kita dan memperluas pandangan kita tentang sejarah seperti halnya kehidupan Kong Qiu (bapak dari ajaran Konghucu - Confucius) ini bisa menjadi pelajaran yang berharga bagi kita . seberapa pahitnya sejarah tetap akan mempunyai titik terang sebagai pembelajaran hidup ke depannya .Manusia sejak awal keberadaannya, semuanya secara alamiah memiliki nurani yang berdasarkan 仁義禮智 ren (welas asih/kemanusiaan) yi (rasa kebenaran/keadilan) li (kepatutan dan tata susila) zhi (pengetahuan dan kebijaksanaan),Walaupun begitu, kualitas diri tiap individu tidaklah merata dan masing-masing individu memiliki perbedaan. Karenanya tidak semua individu memiliki kemampuan untuk menyadari potensi nurani mereka dan mewujudkannya dengan lengkap.Memang diakui, bahwa selama ini banyak tulisan sejarah yang bersifat deskriptif naratif terutama yang dihasilkan oleh penulis yang bukan ahli sejarah. Jenis sejarah ini ditulis tanpa memakai teori dan metodologi. Padahal, masalah teori dan metodologi sebagai bagian pokok ilmu sejarah mulai diketengahkan apabila penulisan sejarah tidak semata-mata bertujuan untuk menceritakan kejadian, tetapi bermaksud menerangkan kejadian itu dengan mengkaji sebab-sebabnya, kondisi lingkungannya, kontkes sosial-kulturalnya, pendeknya secara mendalam hendak diadakan analisis tentang faktor-faktor kausal, kondisional, kontekstual tentang unsur-unsur yang merupakan komponen dan eksponen dari proses sejarah yang dikaji.
 Shengren Kongzi (551 – 479 SM) Sebagai penerus Ru Jiao “Tiong Ni (Zhong Ni – pangilan pada Shengren Khong Tze) meneruskan ajaran Giau (Yao) dan Sun (Shun), mengembangkan ajaran Raja Bun (Wen Wang) dan Bu (Wu); 孔子“Aku hanya meneruskan, tidak mencipta. Aku sangat menaruh percaya dan suka kepada (Ajaran dan Kitab-kitab) yang kuno itu karena banyak sekali buah karya Confucius terutama "Buku Kumpulan Ujaran [The Analects = Lun Yu]" yang ditulis kembali oleh murid-muridnya setelah Beliau meninggal dunia. Berbagai terjemahan atas ajaran Confucius telah dilakukan ke dalam berbagai bahasa. Ajaran-ajaran Confucius tersebar ke negara-negara di luar Tiongkok, bahkan tidak sedikit yang mempengaruhi kebudayaan mereka. Pengaruh ajaran Confucius berkembang pesat di Eropa dan Amerika, dimana dapat dilihat semboyan revolusi Perancis yang terkenal.Karena sejak kecil ia hidup dalam kemiskinan,
maka semangatnya untuk mencapai hidup yang lebih baik sangatlah besar. Pada umur 15 tahun Khong Cu sudah berpengetahuan luas karena ia gemar belajar, dan pada umur 30 tahun ia sudah sangat dihormati orang. Khong Cu membuka semacam sekolah yang menampung pelajar tanpa membedakan asal usul dan derajat mereka. Menurut
sejarah, Khong Cu adalah peletak dasar sistem pendidikan sekolah dan universitas modern. Pada usia 50 tahun, ia memangku jabatan Si Kong (Menteri Pembangunan), dan tak lama kemudian menjadi Si Kou (Menteri Peradilan dan Hukum). Pada tahun 497 SM, Khong Cu melakukan perjalanan keluar negeri selama 14 tahun untuk memberikan ceramah-ceramah. Sekembalinya dari lawatan keluar negeri, ia memusatkan perhatiannya kepada dunia  pendidikan dengan membentuk perkumpulan Ru Jia atau Golongan Terpelajar. Pada usia senja, Khong Cu banyak menyusun dan menulis buku-buku,yang disebut Ngo King (Wu Jing五經), yaitu :
- Sie King ( Shi Jing 詩經) atau Kitab Sajak,Berisi nyanyian rakyat, cerita pendek, perumpamaan,
sindiran, pujian dan pemujaan.

- Lee King (Li Jing禮經) atau Kitab Kesusilaan,
Berisi tentang tata cara aturan negara, adat istiadat,
perkawinan, perkabungan ,dll.
 
- Ya King (Yi Jing atau I Ching易經) atau Kitab Perubahan,
Berisi tentang berbagai macam filsafat dalam bentuk
trigram, hexagram dan Pat Kwa. Kitab ini telah ada sejak
jaman kaisar purba Hok Hie (Fu Xi).
 
- Sie King (Shu Jing書經) atau Kitab Sejarah dan Hikayat,
Berisi tentang Hikayat dan sejarah, mulai dari jaman Tong
Giau (2357-2255 SM) sampai dengan Raja Muda Chien
Bok Kong (651-618 SM).
 
- Chun Ciu King (Chun Qiu Jing春秋經) atau Catatan Kejadian,
Berisi tentang kejadian-kejadian sekitar negeri Lu dari
tahun 722 – 481 SM.
Setelah wafat, ajaran Khong Cu terus berkembang. Salah seorang
penerus ajarannya yang terkenal ialah Beng Cu (Meng Zi孟子, hidup
pada tahun 371 – 289 SM. Ia menggenapi kitab-kitab ajaran Khong Cu
menjadi empat buku dan lima kitab (Su Si Ngo King / Si Shu Wu Jing
四書五經). Adapun yang termasuk dalam Su Si ialah : Thai Hak (Da Xue大學), Tiong Yong (Zhong Yong中庸), Lun Gi (Lun Yu論語), dan BengCu (Meng Zi孟子).

Selasa, 17 Januari 2012

Imlek dan Lampion

Bagi orang Tionghoa secara tradisi berlaku dua penanggalan Gongli公历 atau Yangli阳历yaitu kalender umum (Masehi/Calender Gregorian) dan Nongli农历/Imlek atau Yinli阴历. Kalender Gregorian berdasarkan perhitungan peredaran Matahari disebut juga Kalender Baru atau Xingli新历, sedang Kelender Yinli berdasarkan perhitung peredaran Bulan, maka disebut juga Moon/Lunar Calender. Yinli ini dihitung mulai lahirnya Konghucu pada tahun 551SM. Jadi tahun 2011 + 551 sama dengan Tahun Imlek/Yinli tahun 2562. Sehingga kadangkala oleh orang Tionghoa dialek Hokkian disebut Kongcu-lek.
Tahun baru Imlek atau yang biasa disebut Shincia dengan logat Hokkian atau Chunjie 春节dalam Mandarin adalah hari pertama penggantian tahun dari penanggalan Imlek. Hari raya ini dirayakan sejak hari pertama hingga hari ke 15 bulan satu imlek. Tahun 2011 ini jatuh pada tanggal 3 Pebruari, mulai hari ini disebut Tahun Kelinci.
Konon Kalender Imlek ini pertama kali diciptakan oleh Huangdi黄帝/Kaisar Kuning, Kaisar Pertama di Tiongkok (Kaisar Kuning/ 黄帝huangdi tahun sebelum 2070SM), yang dianggap Raja Agung dan Nabi bagi Agama Konghucu. Kalender ini dilanjutkan oleh Kaisar berikutnya Xia Yu夏禹(kira- kira tahun 2070SM-1600SM) yang juga dianggap Nabi dalam Agama Konghucu. Tapi dengan ditumbangkannya Kaisar Xia oleh Kaisar Shang (tahun 1600-1046SM) sistim kalender diganti. Tahun baru dimajukan satu bulan, sehingga yang semula Tahun Baru jatuh pada awal Musim Semi, menjadi jatuh pada akhir Musim Dingin. Dinasti Zhou menggantikan Shang pada tahun 1046SM (berdiri hingga tahun 256SM), sistim kalender ini diganti lagi, tahun barunya jatuh pada garis edar matahari pada titik 23,5 derajat Lintang Selatan atau pada tanggal 22 Desember penanggalan masehi, saat ini merupakan puncak musim dingin (dikenal dengan hari sembayang Onde atau 冬至dongzhi; ronde=butiran dibuat dari tepung ketan, dimakan bersama wedang jahe). Selanjutnya setiap penggantian dinasti, seperti Qing, Han, sistim diganti juga. Hanya pada Dinasti Han(206SM-220M), kaisar Han Wu Di memerintahkan Kalender Imlek ini untuk kembali pada sistim Xia sama dengan yang digagaskan oleh Konghucu. Untuk menghormati Nabi Konghucu maka tahun kelahiran Konghucu (551SM) ditetapkan sebagai Tahun ke1/pertama Imlek. Maka kini kalender Implek adalah Tahun 2562 (2011Masehi). Sehingga dapat dikatakan bahwa perayaan Tahun Baru Imlek sebetulnya adalah Perayaan Umat Konghucu.
Dalam Agama Konghucu, Konghucu (bahasa Indonesia)/ Kongzi 孔子/Confusicus(Latin) diakui sebagai Nabi terakhir dari agama ini. Lahir pada hari ke 28 bulan 8 tahun 0001 Imlek (551SM). Perkiraan tanggal 1 imlek, rentang waktunya 15 hari kedepan dan 15 hari kebelakang dari 4 Pebruary Kalender Umum/masehi. Tiap 4 atau 5 tahun sekali ada bulan ke 13, untuk menggenapi agar perhitungan tersebut tidak berubah, disebut tahun kabisat (闰年run nian). Hari Wafat Konghucu (18-2-Imlek). Hari Genta Rohani (冬至dongzhi) 22 Desember penaggalan masehi, Qingming (清明5 April penanggalan masehi), Qing Di Gong 清帝公(8/9- bulan 1 Imlek).
Agama Ru/Konghucu adalah agama humanisme, agama hubungan antar manusia, agama orang kudus. Agama Ru tidak terlepas dari pengaruh perkembangan kebudayaan orang Tionghoa. Dimana pada umumnya mereka percaya bahwa seseorang setelah meninggal maka rohnya akan meninggalkan jasadnya, jika orang tersebut adalah orang baik akan menjadi Roh baik dan jika orang ini hidupnya jahat akan menjadi Roh jahat. Dalam agama Ru yang disembah tidak hanya Nabi Konghucu saja. Misalnya pada saat Qing Ming atau Ceng Beng (dialek Hokkian), umat agama Konghucu mengadakan sembayangan kepada leluhurnya, nyekar membersihkan kuburan leluhur. Orang Tionghoa sudah menjadi tradisi memiliki Altar Sembayangan leluhur dirumah, biasanya yang disembayangi tidak hanya leluhur saja tetapi termasuk tokoh-tokoh sejarah yang dianggap kudus.
Lampion, konon berasal dari zaman dinasti Xi Han 西汉 (tahun 206 SM – 9 M) kira-kira 1800 tahun yang lalu, sudah menjadi tradisi setiap Hari Raya Imlek dipajang lampion-lampion di rumah-rumah atau perkarangan atau tempat umum misalnya di taman, kebun, jalan-jalan, lorong-lorong dan lain sebagainya. Lampion ini telah menjadi tradisi bagi orang Tionghoa sebagai simbol kebahagiaan, yang dipasang untuk event-event kegembiraan berwarna merah, dan lampion putih terbuat dari rangka bambu untuk simbol bela sungkawa. Dalam perkembangannya, lampion digambari dan dihiasi ornamen-ornamen macam-macam, dan huruf-huruf kaligrafi. Lampion ada yang terbuat dari kertas, kain, kulit binatang, dan dari bordiran-bordiran kain sutra dan lain-lain.
Lampion gaya Chuanchiu泉州式灯笼

Lampion gaya Fuchuo福州式灯笼-又称为伞灯

Lampion segi empat
Lampion ini sangat erat hubungannya dengan kehidupan orang Tionghoa, lampion digantung di Kelenteng-kelenteng, ruang tamu rumah, dan tempat lain seperti telah disebutkan diatas. Namun yang terbuat dari kertas dapat dikatakan dimulai sejak di Tiongkok ditemukannya teknik pembuatan kertas oleh Cailun蔡伦 pada zaman dinasti Han Timur ( 东汉donghan tahun 25-220 M ). Lampion bagi orang Tionghoa tidak saja sebagai lampu penerangan atau lentra, tapi sudah menjadi simbol.
Namun yang paling menonjol adalah dipasang pada perayaan Shincia hingga Cap Go Mek. Tapi sejak zaman Han hingga Tang, lampion benar-benar sebagai simbol penyambutan hari raya imlek. Saat dinasti Ming Zhu Yuan Chang (tahun 1368 – 1644 M) pendiri dinasti ini, ketika memproklamirkan ibu kota negara di Nanjing diadakan Lampion air, dimana ribuan lampion diambangkan di aliran sungai Qinhuaihe秦淮河. Kemudian setiap tahun diadakan pesta lampion, tapi sejak berdirinya Republik Tiongkok pesta ini memudar, sehingga ahli-ahli pembuat lampion juga berkurang, namun kini rupanya mulai digalakkan lagi.
Ada juga tradisi disaat hari raya imlek, membawa Lampion sebagai simbol untuk medambakan untuk mendapatkan anak lelaki atau putra, karena lafal kata Mandarin yang berdekatan yang mempunyai arti mendapat putra. Denglong灯笼 – Tianding添丁.
Pada zaman kuno di Tiongkok, setiap tahun pada permulaan dimulai masuk sekolah pada bulan 1 Imlek, sekolah-sekolah digantungi lampion-lampion yang disumbang oleh orangtua murid-murid, dan secara simbolik dinyalakan oleh kepala sekolah atau guru, disebut Kai’deng开灯. Yang mempunyai makna murid-murid agar mempunyai masa depan yang cemerlang sepanjang hidupnya. Kemudian hari menjadi tradisi dilakukan setiap Tahun Baru Imlek hingga Cap Go Mek ( Hari 1 s/d 15 ).

Kebiasaan Orang Tionghoa Peranakan Indonesia Dalam Merayakan Hari Raya Imlek
Saat menjelang hari H , biasanya para ibu-ibu dan orangtua telah sibuk menyediakan segala kebutuhan untuk menymbut hari raya ini. Membeli pakaian baru untuk dipakai saat hari H, rumah dicat atau dibersihkan dan dipajang-pajang dengan lampion dan gambar-gambar simbol keberuntungan. Rambut dicukur rapih. Dapur-Dapur dibersihkan.
Malam sebelum hari H hingga hari ke3 dipercaya sudah tidak boleh menyapu rumah, karena dipercaya akan mengurangi rezeki untuk tahun yang akan datang. Pada malam menjelang hari H yang memiliki Altar Sembayangan Leluhur akan menyediakan kue keranjang (dodol cina, yang mempunyai makna perekat kekeluargaan, persaudaraan, pertemanan), kue-kue kering dalam toples-toples, buah-buahan (biasanya 5 macam warna) berupa Apel; Jeruk; Anggur, Pears; Nanas atau buah lainnya (kecuali duren) ; Ruas tebuh yang diikat dengan pita merah, demikian juga toples-toples, buah-buahan dihias dengan guntingan kertas merah diletakkan diatas piring, ikan bandeng rebus, kebang tahu, ketan manis dibungkus kembang tahu dll untuk sajian di Altar. Dikedua sisih Altar biasanya di pajang dua batang tebuh berikut dengan daunnya. Ini sebagai simbol bahwa manisnya hidup tidak akan terus-menerus terjadi (ada batasnya) seperti manisnya tebu yang ber-ruas-ruas.
Dapur disajikan manis-manisan. Karena menurut kepercayaan orang Tionghoa Dewa Dapur yang mempunyai tugas mengawasi kerukungan rumah tangga, pada hari ke 1 hingga ke15 akan pergi ke “Tuhan” untuk melapor kerukunan setiap rumah tangga masing-masing dibumi. Bagi yang sering cekcok dan tidak harmoni, keluarga tersebut untuk tahun akan datang akan tidak dilimpahi rezeki. Dengan disajikan manis-manisan diharapkan agar dewa dapur mau melapor berita manis-manis kepada “Tuhan” untuk keluarga yang bersangkutan.
Pada hari menjelang Imlek biasanya semua orang akan menahan emosi untuk marah-marah, dan berusaha untuk melupakan segala kegundahan, dan ketidak senangan terhadap orang atau lingkungannya, saling maaf-maafan. Diusahakan untuk berhati gembira. Malam harinya pergi sembayang dimuka Altar, setelah kumpul keluarga makan-makan, sama-sama pergi ke kelenteng-kelenteng, ada yang memesan lilin-lilin besar dan kecil untuk dinyalakan pada jam 12 malam, ini menyimbolkan agar untuk perjalanan hidup pada tahun yang akan datang menjadi terang dan cemerlang. Bagi yang beragama Kristen atau Islam biasa tetap ada yang masih mempertahankan tradisi ini, tapi dengan hanya kumpul keluarga dan makan-makan bersama dan berdoa menurut agamanya. Didaerah jakarta dan sekitarnya seperti Bogor, Tanggerang, Bekasi, Kerawang masih sering memanggil group musik Tajidor khas Betawi (pengaruh Portugis, dengan alat musik trombon, trompet, biola dll) dengan lagu-lagu khas Betawi….
Pada pagi hari tahun baru Imlek semua orang berpakaian baju baru, habis sembayang menyatap mieshua terus menjenguk orangtua, tetua dan sanak famili sambil memberi salam ( dengan pai-pai) serta mengucapkan “Kiong’hi-Kiong’hi” biasanya yang senior akan memberi “Angpao” (amplop merah berisi uang tunai) kepada anak-anak, atau anak-anak yang sudah dewasa dan berhasil dalam usaha akan memberi “Angpao” kapada orangtua atau tetua. Ada juga yang berderma kepada orang-orang tidak mampu dengan membagi-bagi “Angpao”. Saat ini dipertunjukan Liong-liong, Barongsai,
Pada hari ke 8 malam jam 12 atau 9 pagi jam 00:00 diadakan sembayang Qing Di Gong 清帝公(8/9- bulan 1 Imlek), biasanya membuka altar darurat di alam terbuka didepan rumah atau pekarangan, dengan sajian vagetarian saja.
Pada hari ke 15 (Cap Go Mek) ada yang menggotong “Tepekong” mengadakan arak-arakan dengan Liong, Barongsai, ada yang beraktraksi dengan ilmu-ilmu supranatural dengan potong lidah, jalan di bara api, mandi minyak panas dan lain-lain, ini biasanya diadakan di halaman kelenteng-kelenteng. Mereka percaya dengan upacara ini dapat mengusir bala.