Selasa, 31 Januari 2012

Sejarah Tarian Barongsai di indonesia

Dahulu tarian barongsai jarang sekali bisa kita nikmati. Kini, sejak era reformasi, tarian barongsai pun menjadi tradisi di negeri ini. 
Biasanya kita bisa melihat lihainya para penari barongsai memainkan singa, liong, dan kilin di dalam perayaan imlek dan Cap Go Meh. Kini tarian barongsai juga bisa ditemui di hajatan-hajatan kaum tionghoa, atau perayaan besar lainnya.
Aneka Barongsai
Barongsai yang berupa singa, biasanya hanya dimainkan oleh dua orang saja. Tariannya pun lebih banyak menggerak-gerakkan mulut singa ke atas dan ke bawah sambil singa mengangguk-angguk dan bergoyang lucu. 
Barongsai kilin atau yang sering disebut sebagai Singa Utara, tariannya lebih lincah dibandingkan singa biasa atau Singa Selatan. Untuk menarikan barongsai kilin diperlukan penari barongsai professional, singa-singa ini bisa dibuat melompat, berdiri, dan berguling. Semua itu tergantung dari keahlian si penari yang biasanya menguasai akrobatik.
Barongsai yang berupa liong, adalah bentuk naga yang wajahnya seperti singa, badannya panjang seperti ular dan mempunyai sisik seperti ikan. Barongsai naga atau liong ini agak susah dimainkan dan biasanya dimainkan dengan menggunakan ritual terlebih dahulu di klenteng. 
Tarian barongsai liong dimainkan oleh beberapa orang. Gerakannya pun lebih variatif dan indah, bila ditonton dari atas, akan terlihat seperti naga terbang yang meliuk-liuk di atas langit.
Prosesi Barongsai
Di dalam tarian barongsai ada istilah ‘Lay See’ yaitu prosesi barongsai memakan amplop berisi uang atau ampao yang ditempeli oleh selada air. 
Prosesi itu dipercaya dapat membawa keberuntungan kepada si pemberi ampao. Jadi, mereka yang percaya, selalu berlomba-lomba untuk mengisi ampao dengan jumlah besar supaya bisa dapat untung besar juga.
Sejarah Barongsai
Barongsai sendiri masuk ke Indonesia pada abad ke 17 Masehi ketika orang-orang dari China Selatan, bermigrasi ke Indonesia. Setelah sempat dilarang dimainkan di Indonesia, barongsai pun kembali populer di tahun 2000-an, pasca reformasi.
Kini pemain barongsai tidak hanya berasal dari orang tionghoa saja, sekarang banyak orang pribumi yang juga turut andil menarikan barongsai.
Awal mula terbentuknya tarian barongsai sendiri dimulai saat pemerintahan Dinasti Nan Bei pada tahun 420-589 Masehi. Zhong Que, seorang panglima perang saat itu, berinisiatif membuat tiruan boneka singa. Boneka singa itu ditarikan guna mengusir pasukan gajah yang dipimpin oleh Raja Fan Yan
Raja ini hendak menyerang Raja Son Wen Di. Melihat rajanya yang kewalahan menghadapi serangan, Zhong Que pun berinisiatif membuat boneka singa. Dan menarikannya di depan pasukan gajah, seolah menakut-nakuti gajah-gajah itu. Dan rencanannya berhasil. Mereka menang dalam peperangan. 
Sejak saat itulah, tarian barongsai mulai dikenal dan menjadi sebuah legenda yang diwariskan secara turun temurun. Lambat laun, barongsai pun menjadi sebuah kebudayaan yang harus dilestarikan. 
Tanpa ada pelestarian tarian barongsai, kini Anda tak mungkin bisa menikmati liukan-liukan sang naga atau singa yang asyik beratraksi pada perayaan imlek dan Cap Go Meh.


Barongsai

Barongsai

Barongsai
Barongsai
Barongsai
Barongsai
Barongsai
Barongsai
Barongsai
Barongsai
Barongsai
Barongsai
Barongsai
Barongsai
Barongsai
Barongsai
Barongsai
Barongsai
Barongsai
Barongsai
Barongsai
Barongsai
Barongsai
Barongsai

子曰



Happy Teacher's Day to all! Here's a quote from one of the greatest teachers in history, Confucius. He said: "Not until my students have struggled to no avail with their doubts and questions will I intervene to guide them along. If for every principle I propose, they do not derive three other observations, I will stop teaching them."

子曰: "朝闻道, 夕死可矣!"
Confucius “If I hear and grasp the truth in the morning, and die in the evening, I will have no regrets.”

子曰: “知者不惑, 仁者不优, 勇者不惧。“
Confucius : “The wise is never confused. The benevolent is never worried. The courageous is never afraid.”

Senin, 30 Januari 2012

Rakyat Menghormati Raja Wen Karena Dia Peduli Bahkan Kepada Orang Mati

Sebelum Ji Chang menjadi Raja Wen di negara Zhou, ia seorang bangsawan. Suatu hari ia pergi ke pedesaan ditemani oleh pejabat yang bekerja untuknya dan melihat tulang-tulang orang mati di tanah. Dia segera memerintahkan tulang-tulang dikubur dengan baik.
Seorang petugas mengatakan, "Tidak ada yang tahu tulang-tulang ini milik siapa. Mengapa repot? " Raja Wen menjawab," Kepala negara adalah juga pemilik negara. Tulang-tulang ini muncul di tanah di bawah kekuasaan saya. Oleh karena itu, saya bertanggung jawab menyediakan penguburan yang layak. Ini akan menjadi tidak manusiawi jika tidak melakukannya. "
Warga lainnya, yang mendengar apa yang telah dilakukan Raja Wen, mengatakan, "Jika dia bersedia merawat orang mati, ia pasti peduli orang hidup.".
Kisah perbuatan Raja Wen menyebar ke banyak bangsawan yang memutuskan untuk menyatakan kesetiaan kepadanya. Jumlah bangsawan yang bergabung dengan Raja Wen melebihi 40 dan wilayah Raja Wen meliputi dua pertiga wilayah pada waktu itu. Cerita ini menunjukkan bahwa seorang penguasa yang sukses harus menjadi orang yang murah hati dan pemerintahannya harus menjunjung standar etika yang tinggi. Oleh karena itu, sejarawan menganggap Kaisar Wen sebagai contoh bagi orang lain dalam kekuasaan.
Tiongkok memiliki sejarah panjang dan beraneka ragam. Sepanjang sejarah Tiongkok bahwa keyakinan yang paling penting untuk penguasa adalah mencintai dan merawat rakyatnya. Dia harus melaksanakan kebajikan dan mendapatkan dukungan dari rakyatnya. Namun, ini hanya dapat dicapai jika penguasa mempunyai karakter baik hati. Dengan demikian, karakter pribadi penguasa adalah sangat penting. Sebagai penguasa sebuah negara, jika dia tidak bisa menetapkan kebijakan baik hati untuk membantu orang, ia tidak akan dianggap sukses atau penguasa yang bijaksana. Karena alasan ini semua pemimpin sepanjang sejarah Tiongkok dibedakan kultivasi karakter mereka dan implementasi kebijakan baik hati.
Saat ini, penguasa di Tiongkok benar-benar berbeda dari semua penguasa dalam sejarah. Partai Komunis China (PKC) tidak menerima keberadaan Tuhan. Alih-alih melaksanakan kebijakan kebajikan, PKC mendorong pertempuran melawan alam, melawan lingkungan, dan terhadap orang yang tidak setuju dengan kebijakannya. Selama 60 tahun terakhir, kebijakan seperti kebencian telah menyebabkan sedikitnya 80 juta kematian rakyat China secara tak wajar (dibunuh). Selama lebih dari satu dekade PKC telah menganiaya rakyatnya yang berlatih Falun Gong untuk menjadi manusia yang Sejati-Baik-Sabar. Hal ini diyakini bahwa hari-hari PKC tinggal beberapa saat karena kejahatan keji tersebut. (Erabaru/art)
Sumber: http://erabaru.net

Sabtu, 28 Januari 2012

Para orang Tua mengajak anak-anaknya berlibur dan bersembahyang di Wenchang Confucius Temple

1 Januari 2012  para orang Tua mengajak anak-anaknya  berlibur dan bersembahyang di Wenchang Confucius Temple

点香,拜祭:





孩子们一起烧“金银珠宝”:


逛庙里的文化宫:



工作人员给孩子们讲孔庙的历史:
看到炮筒的孩子们:
状元桥前的我们:




孔子先师行教像底下的大家:





 

Klenteng Konghucu - Salatiga, Indonesia

Klenteng Konghucu - Salatiga, Indonesia

Since being in Indonesia, I've seen many interesting things.  I've also learned a lot from the people here, as well as through my classes.  For one, I've learned that there are 6 official religions in Indonesia:  Islam, Christianity, Catholicism, Hinduism, Buddhism, and Confucianism.

When I first came here, I had a tour of the city.  One of the places we visited was a Confucian temple (klenteng Konghucu) Bright red with gold, the temple stands out among the many shops and food stalls along the street. 

Honestly, I had no idea there were people who practiced Confucianism in Indonesia.  I heard of Confucianism in China, but always thought it was more of a "thing of the past."  But I've learned otherwise ...  I am now curious about Confucianism in other parts of the world.






Although you can take pictures inside of the temple, there is one room you may not take photos of.  I'm glad I learned this beforehand!

I enjoyed observing the temple.  I've seen several temples and I find that depending on the country, there is something always unique and interesting about each.  I'm glad to say that I've had a chance to visit a Confucian temple during my lifetime ...